“Kendala terhadap lansia tersebut seperti keterbatasan fisik dan literasi digital.”
DARA| Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jabar berkomitmen memberikan pelayanan yang ramah disabilitas dan warga lanjut usia (lansia). Hal ini tidak terlepas dari prinsip inklusif yang terus dikuatkan dalam perhelatan pesta demokrasi.
Semua itu tertuang dalam sosialisasi yang diselenggarakan KPU Jabar bersama Yayasan Usia Emas Indonesia di Gedung STEI BINA MUDA, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung. Acara dihadiri oleh 50 peserta yang mayoritas berasal dari masyarkat lansia.
Dalam sambutannya, Ketua Yayasan Usia Emas Indonesia, Tita Talbiya T mengapresiasi acara ini, dan baru pertama ini digelar di Yayasan Usia Emas Indonesia.
“Perlu diketahui Jumlah DPT pada tahun 2022 mencapai 204.822, artinya 10 persen didalamnya pemilih lansia. Dan di tahun sekarang sudah mencapai 13 persen. Menurut kami, angka tersebut sangat signifikan,” kata dia.
Selain itu, Tita juga mengungkapkan selama ini ruang sosialisasi KPU banyak melalui media sosial atau platform digital. Namun banyak dari kalangan lansia yang terkendala mengakses flatform digital tersebut.
“Kendala terhadap lansia tersebut seperti keterbatasan fisik dan literasi digital. Hal Ini merupakan tantangan yang harus diselesaikan oleh KPU agar hak dan suara lansia juga
terkawal aman,” tambahnya.
Acara kemudian berlanjut kepada sesi diskusi yang dimoderatori Cecep Ernanto dengan tema “Inklusifitas Pilkada Serentak di Jawa Barat sebagai Upaya Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Memilih”. Hadir dua orang pemateri pemerhati Pemilu, Farhatun Fauziyyah dan Rofiq Azhar.
Sebagai pemateri pertama, Farhatun Fauziyyah mengawali paparannya dengan menjelaskan tentang perbedaan antara pemilu dan pilkada, unsur penyelenggara dan penegakan etik penyelenggara pemilu.
Farhatun juga memaparkan Undang-Undang memberikan afirmasi kepada lansia dan penyandang disabilitas, setiap TPS sejatinya harus ramah lansia dan disabilitas. Untuk itu harus dijadikan satu konsen bagi KPU agar memberikan kemudahan akses bagi lansia dan disabilitas untuk menuju ke TPS.
Menurutnya partisipasi masyarakat menentukan legitimasi pemimpin yang akan mendatang. Maka inklusifitas dalam pilkada adalah harus ramah terhadap segala unsur, termasuk bagi lansia dan disabilitas.
Diakhir pemaparannya, Farhatun memberikan tips menjadi pemilih yang cerdas, yaitu terdaftar di DPT, mencari tahu syarat DPT, kenali kandidat masing-masing pasangan calon, update informasi berkaitan dengan Pilkada, memastikan tidak terjebak dalam fanatisme, berani menolak money politic, tidak terjebak dalam politik pencitraan, berpartisipasi, dan semangat dalam mensukseskan Pilkada.
Rofiq Azhar selaku pemerhati pemilu menjelaskan politik bisa menjadi bagian dari Ibadah. Politik seharusnya mencerdaskan, mensejahterakan dan membahagiakan masyarakat. Namun kendalanya keterbatasan akses untuk bisa bertemu langsung menyampaikan aspirasi kepada kepala daerah.
“Kegiatan acara ini pada dasarnya untuk memberikan manfaat bagi para lansia agar turut serta menjadi pemilih yang cerdas dan gembira dengan tentunya datang ke TPS pada Pilkada yang akan dilaksanakan pada 27 november 2004 nanti,” ucap dia.
Editor : Maji