Komunitas Toneel Gelar Festival Longser di Era Industri 4.0

Sabtu, 23 November 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

DARA | KOMUNITAS seni Toneel Bandung gelar Festival Longser ke 7 se Jawa Barat dan Banten. Festival teater tradisional yang digelar tiap dua tahun sekali ini berlangsung tanggal 20-23 November 2019 pukul 09.00-18.00 WIB, di Gedung Kesenian Dewi Asri Institut Seni Badaya Indonesia (ISBI) Bandung, jalan Buah Batu 212 Kota Bandung.

Ketua panitia Festival Longser ke 7, Tatang dalam siaran persnya (22/11/2019) menyebutkan, kegiatan ini senantiasa melibatkan berbagai kelompok teater remaja yang tumbuh di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) se Jawa Barat dan Banten. Merupakan angenda bersama Toneel Bandung dengan ISBI Bandung dalam upaya mengembangkan minat, menumbuhkan kecintaan dan apresiasia terhadap seni longser yang hidup di masyarakat.

“Pada kesempatan ini sebanyak 15 kelompok teater remaja turut serta memeriahkan Festival Longser ke 7. Mereka adalah embrio-embrio yang menjadi harapan baru untuk terus melanggengkan seni longser sebagai teater tradisional dari tatar Sunda, dan selamanya dapat diapresiasi oleh seluruh lapisan masyarakat,” ujar Tatang.

Lanjut Tatang, cerita dalam longser banyak mengangkat pereristiwa yang sedang hangat dibicarakan. Seperti halnya sekarang, dunia sedang terpusat pada peradaban baru yaitu industri 4.0.

 

“Maka dalam Festival Longser ke 7 tahun 2019 kami angkat tema industri 4.0. Selain industri ini sudah mulai akrab dengan para remaja di kita, kami juga ingin mengajak pada mereka untuk tetep mencintai tradisinya dan memanfaatkan teknologi digital ke arah yang lebih positif dan dapat menggankat harkat serta martabat seni tradisional seperti longser ditengah peradaban industri tersebut,” jelasnya.

Guru besar ISBI Bandung Prof. Dr. Arthur S. Nalan mengatakan, patut dipuji bahwa kelompok Toneel Bandung masih dapat menyelenggarakan festival longser untuk nonoman (anak muda) dengan menggunakan bahasa lokal Sunda. “Patut disyukuri kegiatan festival ini tetap berjalan dan masih dapat dukungan dari masyarakat penyangganya, dari pemerintah, seniman dan budayawan. Diharapkan festival dapat memotivasi para peserta dalam mewarisi tradisi dengan cara baru sejalan dengan zamannya,” katanya.

Rosid E. Aby, salah seorang dari juri festival longser ke  7 menyebutkan kegiatan ini sangat bermanfaat untuk pemeliharaan dan peningkatan seni budaya lokal. Apalagi ini ditujukan bagi tingkat pelajar, yang notabene berusia remaja. Kaum pelajar harus ditanamkan sejak dini untuk mencintai budayanya sendiri, agar mereka bisa kukuh mempertahankan kearifan lokal yg ada di daerahnya.

Praktisi longser juga juri, Hermana HMT berharap festival longser ini digelar tidak dua tahun sekali tapi setahun sekali, agar kuantitas terus bertambah dan kualitas para pelaku longser di kalangan pelajar semakin meningkat. Mengingat para pelajar tingkat SMA/SMK dalam menggeluti ekstrakuliler seni bisa dibilang waktunya terbatas dua tahu, yakni ketika kelas 10 dan 11. Jika setuhun sekali mereka memiliki kesempatan dua kali turut serta terlibat dalam ajang festival, yaitu di kelas 10 dan 11, karena kelas 12 mereka lebih konsentrasi pada persiapan ujian akhir kelulusan.

“Belajar seni longser dengan terarah dan berkesinambungan  bermanfaat bagi peningkatan multi kecerdasan. Untuk itu perlu sokongan dari berbagai pihak terutama dari pemerintah, swasta dan instansi lainnya dalam fasilatasi sarana dan pendanaan, sehingga kegiatan festival longser terus belangsung tiap tahun,” papar Hermana.

Tambahnya, longser adalah jenis kesenian yang komplek, di dalamnya terdiri dari seni musik, seni tari, seni akting, bahasa dan lawakan. Artinya belajar seni longser belajar mengenal dan memahami beberapa bangun kesenian. Percakapan yang banyak bumbu impropisasi dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dan berimajinasi. Lawakan yang terselip dalam pecakapan dapat mengendurkan saraf-saraf yang tegang atau menjadi media relaksasi.

“Kesadaran tentang hal itu penting terutama bagi pihak sekolah maupun orang tua, kerena mengeluti seni longser bukan sekedar belajar kesenian, tapi tingkatkan kecerdasan pikiran, kecerdasan tubuh dan kecerdasan rasa,” pungkas Hermana.

editor: aldinar

Berita Terkait

Ramela Resto Kedepankan Kuliner Indonesia, Hadir di Bandung
Ini Manfaat dan Jenis Pemeriksaan Cek Kesehatan Gratis
Pegadaian Ketuk Pintu Langit Sumsel, Wujud Peduli Kesejahteraan Masyarakat
Gejala dan Pencegahan Chikungunya
Pemberdayaan Masyarakat, Baznas Jabar Gelar Yankesling
Inilah Makna 6 Makanan dan Kebiasaan yang Hadir Saat Perayaan Tahu Baru Imlek
IWAPI DPP Pariwisata Rayakan Hari Gizi Nasional dengan Misi Sosial di Eksotika Baduy
Inilah Fakta Kekhawatiran Gen Z yang Memicu Gangguan Kesehatan Mental
Berita ini 2 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 27 Februari 2025 - 18:50 WIB

Ramela Resto Kedepankan Kuliner Indonesia, Hadir di Bandung

Jumat, 14 Februari 2025 - 08:51 WIB

Ini Manfaat dan Jenis Pemeriksaan Cek Kesehatan Gratis

Kamis, 13 Februari 2025 - 21:43 WIB

Pegadaian Ketuk Pintu Langit Sumsel, Wujud Peduli Kesejahteraan Masyarakat

Senin, 3 Februari 2025 - 10:51 WIB

Gejala dan Pencegahan Chikungunya

Sabtu, 1 Februari 2025 - 13:39 WIB

Pemberdayaan Masyarakat, Baznas Jabar Gelar Yankesling

Berita Terbaru

Foto: Istimewa

JABAR

Begini Isi LKPJ Wali Kota Sukabumi 2024

Selasa, 4 Mar 2025 - 19:52 WIB