DARA | JENEWA – Militer Myanmar menembaki warga sipil di negara bagian Rakhine. Tujuh tewas dan 18 orang terluka, Jumat kemarin (5/4/2019).
Dilansir Anadolu Agency, Juru Bicara Kantor Hak Asasi Manusia PBB, Ravina Shamdasani mengatakan, 3 April malam lalu, dua helikopter militer terbang di atas saluran Desa Hpon Nyo Leik di Kota Buthidaung selatan dan menembaki warga sipil.
Menurut Shamdasani, ada laporan pertempuran telah meningkat di Buthidaung, Rathedaung, Kyauktaw, Mrauk-U, dan kota-kota Sittwe di Negara Bagian Rakhine dalam beberapa pekan terakhir. Konflik ini mengarah pada evakuasi lebih dari 20 ribu warga sipil.
Sekitar 4.000 warga Rohingya dipindahkan pada 25 sampai 30 Maret dari desa-desa di sepanjang jalan yang menghubungkan Kota Buthidaung dan Rathedaung. Serangan militer Myanmar terhadap warga sipilnya merupakan kejahatan perang.
Rohingya digambarkan oleh PBB sebagai orang yang paling teraniaya di dunia, dan telah menghadapi ketakutan yang meningkat akan serangan sejak belasan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada 2012.
Menurut Amnesty International, lebih dari 750 ribu pengungsi Rohingya, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan penumpasan terhadap komunitas Muslim minoritas pada Agustus 2017.
Berdasarkan laporan Ontario International Development Agency (OIDA), sejak 25 Agustus 2017 hampir 24 ribu Muslim Rohingya telah dibunuh oleh pasukan negara Myanmar.***
Editor: denkur
Bahan: republika