Krisis Harga Garam Cirebon: Petambak Tertekan di Tengah Panen Raya

Rabu, 4 September 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: Istimewa

Foto: Istimewa

Selama bertahun-tahun, petambak garam di Cirebon menghadapi dilema serupa.

DARA | Panen raya garam yang biasanya dinanti dengan penuh harapan kini justru menjadi momen kelam bagi petambak garam di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangeran, Kabupaten Cirebon.

Meski cuaca panas yang puncaknya terjadi dari Agustus hingga September membawa hasil panen melimpah, petambak harus menghadapi kenyataan pahit: harga garam yang terus merosot akibat permainan tengkulak.

Selama bertahun-tahun, petambak garam di Cirebon menghadapi dilema serupa. Meski harga garam sempat menyentuh Rp800 per kilo sebelum panen, kini harga garam anjlok drastis menjadi Rp400 per kilo, bahkan bisa turun lebih jauh lagi.

Ismail Marzuki, seorang petambak setempat, mengungkapkan kekecewaannya.

“Harga garam terus turun. Sekarang bahkan kabarnya akan turun lagi dari Rp 400 per kilo,” keluhnya.

Petambak terjebak dalam lingkaran ketergantungan dengan tengkulak yang mengontrol harga. Mereka harus menjual garam kepada tengkulak karena sudah terikat kontrak, meskipun harga sering kali merosot drastis ketika panen raya.

“Kami tidak punya pilihan lain. Tengkulak yang menentukan harga, dan saat panen banyak, harga langsung turun,” kata Sulaeman, petambak garam lainnya.

Situasi ini semakin diperburuk dengan biaya tambahan, seperti upah kuli panggul atau pocok, yang harus dikeluarkan oleh petambak. Biaya ini mengurangi keuntungan petambak dan membuat kondisi mereka semakin sulit.

Kurangnya perhatian pemerintah terhadap industri garam lokal juga menjadi masalah utama. Meskipun Cirebon adalah salah satu penghasil garam terbesar di Indonesia, belum ada penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk garam, yang memungkinkan tengkulak mengatur harga sesuai keinginan mereka.

Dengan luas lahan garam mencapai 1.557,75 hektare, petambak garam di Cirebon masih bergulat dengan harga yang tidak mencerminkan kualitas dan kuantitas panen mereka.

“Kami berharap ada solusi nyata dari pemerintah agar kami bisa mendapatkan harga yang adil dan hidup lebih layak,” harap Ismail.

Krisis harga garam ini menyoroti kebutuhan mendesak untuk regulasi yang lebih baik dan dukungan pemerintah agar petambak garam tidak terus-menerus menjadi korban permainan harga oleh tengkulak.***

Editor: denkur

Berita Terkait

Longsor di Garut Gubernur Jabar Kirim Bantuan untuk Keluarga Korban
Wakil Bupati Cirebon Pimpin Rapat Pimpinan, Fokus Tingkatkan Pelayanan Publik
Hari Pertama Kerja, Wakil Bupati Cirebon Pimpin Apel Pagi dan Silaturahmi ke Sekretariat Daerah
Balik Kerja Bareng BPKH Kembali Hadir untuk Masyarakat
Jelang Ramadan, Pemkab Sukabumi Pantau Ketersediaan Pangan
Longsor di Bungbulang Garut, Satu Orang Meninggal, Jalan Lintas Selatan Terputus
Ikut Retret, Begini Kesan yang Dirasakan Bupati Sukabumi Asep Japar
Gelar Operasi Miras dan Premanisme, Polsek Cisurupan Amankan Puluhan Liter Tuak
Berita ini 14 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 25 Februari 2025 - 11:09 WIB

Longsor di Garut Gubernur Jabar Kirim Bantuan untuk Keluarga Korban

Senin, 24 Februari 2025 - 21:03 WIB

Wakil Bupati Cirebon Pimpin Rapat Pimpinan, Fokus Tingkatkan Pelayanan Publik

Senin, 24 Februari 2025 - 20:58 WIB

Hari Pertama Kerja, Wakil Bupati Cirebon Pimpin Apel Pagi dan Silaturahmi ke Sekretariat Daerah

Senin, 24 Februari 2025 - 20:36 WIB

Balik Kerja Bareng BPKH Kembali Hadir untuk Masyarakat

Senin, 24 Februari 2025 - 18:28 WIB

Jelang Ramadan, Pemkab Sukabumi Pantau Ketersediaan Pangan

Berita Terbaru

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, Benny Bachtiar.(Foto: dok/dara)

HEADLINE

Tiga Acara Terbaik Jabar Masuk Karisma Event Nusantara 2025

Selasa, 25 Feb 2025 - 11:02 WIB