DARA | Lahir bayi mungil di Barranquilla, Kolombia, 22 Februari 2019. Namun, alangkah kagetnya dokter yang menangani persalinan ketika melihat perut bayi itu kembung. Awalnya dokter mengira ada kista di perutnya. Namun, setelah didiagnosa, ternyata bayi itu mengandung sebuah janin, layakna ibu hamil.
Bayi itu jelas perempuan diberi nama Itzamara. Dokter kemudian menyimpulkan bahwa bayi itu telah mengalami kelahiran langka fetus-in-fetu atau kembar janin.
Dilansir galamedianews.com dari DailyMail kemarin, kondisi itu sebetulnya sudah terdeteksi oleh dokter spesialis kandungan, Miguel Parra-Saavedra di usia kehamilan 35 minggu. Berkat teknik ultrasound 3D/4D, tim pun melakukan operasi caesar di minggu ke-37 di klinik La Merced. Ini dilakukan untuk mencegah kembaran baby Itza tumbuh dan merusak organ internal.
Sehari setelah kelahiran dilakukan operasi pengangkatan kembaran pasien yang berukuran 45-milimeter dan berat 14-gram. Janin tambahan ini dinyatakan lak lagi tumbuh ketika tali pusat terputus. Meski memiliki lengan dan kaki tetapi bayi kedua ini tidak memiliki hati dan otak.
Sederhananya, dokter Parra-Saavedra mengatakan baby Itza lahir dengan kondisi mengandung kembarannya sendiri. Kini empat minggu berlalu, ia dipastikan sehat tanpa efek mengkhawatirkan, terutama kerusakan di area pusar dan perut. Kepada The Herald setelah kabar bayi hamil ini diberitakan Los Infomantes, Parra mengakui kelahiran Itza merupakan kasus langka sekaligus menakjubkan.
Sementara itu ibunda Itza, Monica Vega (33) dirujuk untuk ditangani Parra setelah kehamilannya divonis berisiko tinggi oleh dokter lainnya. Janin yang dikandungnya disebut mengalami kista. Namun dengan Color Doppler terungkap kista dimaksud ternyata janin kecil dengan tali pusat sendiri. Kembar janin sendiri terjadi akibat pembelahan sel yang terlambat, artinya si kembar tidak sepenuhnya terpisah.
Satu bayi terhubung ke tubuh ibu melalui plasenta, sementara yang lain dengan ukuran lebih kecil terhubung ke pembuluh kembaran. Saat kembar yang lebih besar tumbuh, kembar yang lebih kecil diserap ke dalam perut. Meski kaget, Parra tidak syok seperti halnya Monica. “Sulit menjelaskan apa yang hanya terjadi dengan rasio satu dari sejuta seperti ini. Mereka belum pernah mendengarnya apalagi mengalaminya,” jelasnya.
Monica nyaris tak percaya dan baru memahami apa yang terjadi setelah tim memaparkannya melalui foto, video dan bukti sains lainnya. Ia juga lebih tenang setelah mengetahui detail prosedur kelahirannya. Tak itu saja, kedatangan Itza pun diliput sejumlah pewarta setempat untuk dokumentasi medis.
Awalnya, tim masih ingin melihat sejauh mana Itza bisa bertahan dengan kehamilannya untuk mencegah risiko terkait kelahiran prematur. Tetapi dalam dua minggu, pemindaian menunjukkan janin kembaran tumbuh dengan pesar sekitar 20 – 30 persen hingga mengancam kesehatan Itza. Terlebih, Monica juga didiagnosis menderita pre-eklampsia, tekanan darah tinggi berbahaya yang dapat menyebabkan stroke saat melahirkan.
Tim pun berkumpul untuk mempersiapkan operasi caesar dan laparoskopi atau pengangkatan janin kembaran setelah Itzamara stabil 24 jam usai lahir. “Begitu kita memotong tali pusar kembarannya, kehidupan bayi kedua ini pun berakhir karena ia bertahan dari asupan saudara perempuannya,” ujar Parra. Sementara itu meski bahagia, pihak keluarga Itza termasuk Monica belum bersedia berkomentar. Disebutkan jika pihak keluarga masih merasakan syok.***
Editor: denkur