Social Climber adalah orang yang mau banget diakui status sosialnya dengan segala cara. Beberapa penelitian pun menetapkan kalau social climber ini adalah sebuah penyakit kejiwaan. Serem banget ya.
Dilansir dari Urban Dictionary, social climber mirip dengan ‘pencari perhatian’, social climber adalah seseorang yang bisa berteman dengan siapa saja selama mereka menginginkan sesuatu. Mereka menjadi berteman dengan orang-orang ‘berada’, sebagai gantinya dia meninggalkan teman pertamanya, dan siklus ini berlangsung secara berulang sampai si social climber mencapai ‘puncak’ menurut versinya mereka sendiri.
Nggak susah kok untuk ngenalin ciri-ciri social climber di social media. Coba cek deh mungkin disekitar kamu ada orang-orang dengan ciri-ciri social climber seperti ini:
1. Malu jika kurang “wah”
Seorang social climber pasti ingin beli barang-barang mewah atau branded yang memang tidak masalah jika ia memang mampu, jika ternyata dipaksakan gimana? Orang seperti ini akan malu jika memakai barang yang bukan berasal dari brand ternama atau dengan harga murah. Barang-barang tersebut pun akan ia pamerkan melalui akun media sosialnya. Blazzers nggak gini kan?
2. Ingin terkesan gaul
Jika kamu hanya ingin ke tempat-tempat yang umum didatangi orang, terlebih lagi tempat tersebut adalah tempat makan/nongkrong yang harga minuman dan makanannya diatas rata-rata kemampuanmu hanya demi pamer ke akun jejaring sosialmu, hati-hati ya. Jangan sampai kamu ikut terjangkit penyakit social climber ini.
3. Terkesan sangat bijak, padahal…
Kalau ciri yang satu ini terlihat ketika ia bicara atau posting sesuatu di akun jejaring sosialnya. Terkesan yang paling tahu dan paling benar, padahal yang ia bicarakan adalah kutipan yang ogah ia sebutkan sumbernya. Terlebih ketika ia melakukan kesalahan, ia akan lebih bijak untuk menutupinya. Orang seperti ini pun jago bersilat lidah. Sedih yaa.
4. Ingin terkesan menginspirasi orang lain dan merasa terkenal
Ciri-ciri social climber yang lain adalah dia akan merasa famous hanya karena dia kenal dengan orang-orang yang famous lainnya di sebuah kelompok. Dia akan dengan senang menceritakan sesuatu dengan dirinya sebagai tokoh utama, seringkali cerita-ceritanya adalah cerita heroik. Padahal mungkin saja ada orang-orang yang tau cerita sebenarnya dan hanya bisa tertawa melihatnya belagak seperti itu. Kasihan.
5. Nempel terus ke orang-orang terkenal di sebuah pergaulan
Kenal bukan berarti dekat lho. Kalau si pengidap social climber ini baru kenal aja mungkin sudah berani ikutan obrolan dengan orang-orang famous di jejaring sosial. Biar eksis gitu. Biar pengikut jejaring sosialnya makin banyak. Sok akrab gitu bisa bikin orang risih lho, Blazzer. Hati-hati ya.
Diatas sudah disebutkan kalau social climber bisa menjadi penyakit kejiwaan yang berbahaya. Kenapa? Karena pengidapnya menghalalkan segala cara untuk mendapatkan pengakuan akan status sosialnya.
Jika ia bukan orang yang mampu, darimana ia bisa membeli barang-barang wah yang ia pamerkan di akun jejaring sosialnya? Jika banyak yang percaya kata-kata bijaknya terlebih ketika ia sedang menutupi kesalahannya, maka ia bisa terus pede melakukan kesalahan, toh ia menghasilkan kata-kata bijak yang disukai banyak orang. Dan jika banyak yang tertarik dengan aksi heroiknya yang padahal bukan hal yang sebenarnya, mungkin saja ada pihak yang dirugikan, kan?
Menjadi seseorang yang apa adanya tanpa sesuatu yang dilebih-lebihkan akan sangat jauh lebih baik dibanding mengejar status sosial demi untuk dipandang dan dijadikan seorang opinion leader. Jika pengikut akun jejaring sosialmu sudah banyak, jadikanlah mereka teman sharing untuk hal-hal yang bermanfaat. Bukan malah jadi ladang untuk memprovokasi hal-hal yang sedang panas.
Lebih bijak dalam ber-socmed ya, Blazzers!***
Editor: denkur
Artikel ini dikutip seutuhnya dari HelloBlade, viva.co.id, Selasa (19/11/2019)