LISTRIK PADAM secara masal (blackout), mengharu biru. Masyarakat seakan panik. Mediapun memberitakan dengan memuat berbagai nara sumber yang mengritik dan memperkuat alasan kenapa listrik padam.
Bahkan Polri membentuk tim untuk menelusuri kemungkinan adanya sabotase.
Terlepas dari , apa penyebab padamnya listrik di Jawa dan Bali ini, ada hal menarik yang patut dicermati yaitu pernyataan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution.
Dia memastikan padamnya listrik secara massal (blackout) di sebagian besar Pulau Jawa mengakibatkan kerugian ekonomi. Namun demikian Darmin tidak merinci kerugian dimaksud.
Namun Darmin , meyakini kejadian itu hanya sementara. Sebab, PT PLN (Persero) tengah berupaya memperbaiki kondisi tersebut.Tetapi apakah pemadam listrik ini akan berpengaruh terhadap pandangan investor terhadap Indonesia?
Seperti diketahui, listrik padam di sejumlah wilayah Jakarta dan sebagian Banten, Jawa Barat, serta Jawa Tengah, sekitar pukul 11.48 WIB, pada Minggu (4/8/2019). Bahkan beberapa wilayah masih padam hingga Senin (5/8/2019) dan Selasa (6/8/2019).
PLN menjelaskan listrik mati karena ada gangguan pada sisi transmisi Ungaran dan Pemalang 500 kiloVolt (kV). Hal ini mengakibatkan transfer energi dari timur ke barat mengalami kegagalan.
Namanya Persiden Jokowidodo, atas peristiwa ini langsung menggeruduk Kantor PT Pusat PLN pada Senin (5/8/209).
Atas kejadian tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendatangi Kantor Pusat PLN, Senin (5/8). Jokowi meminta PT PLN segera menyelesaikan masalah ini.
Jokowi mencari tahu apakah PLN tidak menghitung kejadian gangguan listrik, sehingga berdampak pada pemadaman di sejumlah wilayah. Menurutnya, listrik mati tiba-tiba menunjukkan tak ada langkah antisipasi dari PLN.
Kata lain Presiden Jokowi menyatakan PLN tidak mengkalkulasi soal gangguan ini. Sebab listrik tiba tiba drop dan padam. Soal ini Presiden terbuka menyatakan listrik padam merugikan semua pihak.
Blackout listrik tidak cuma mengakibatkan aliran rumah tangga mati, tetapi juga layanan publik, seperti gedung perkantoran dan sebagian pusat perbelanjaan, termasuk ritel sejenis Indomaret, Alfamart. Belum lagi, layanan transportasi publik, seperti kereta rel listrik, dan MRT Jakarta.
Belum dapat terinci berapa kerugian pelaku industri tersebut. Namun, sebagian di antaranya tetap beroperasi dengan menggunakan genset, seperti hotel dan restoran. Namun untuk PT PLN disebutkan Direktur Pengadaan Strategis II PLN Djoko Raharjo Abumanan memprediksi kerugian yang ditanggung perusahaan berkisar Rp90 miliar. Kerugian berasal dari terhentinya penjualan listrik saat terjadi gangguan.
Rata-rata penjualan listrik PLN mencapai 22 ribu MegaWatt per jam pada hari libur atau Minggu. Namun, pasokan yang disuplai oleh pembangkit di Jabodetabek, Jawa Barat, dan Banten hanya sebesar 13.000 MW per jam. Artinya, potential loss PLN sebesar 9 ribu MW per jam. Jika begitu, berapa kira kira kerugian yang diderita oleh masyarakat khususnya pelaku industri.
Seyogyanya ini menjadi catatan bagi PT PLN, agar tidak menjadi biang bencana bagi perekonomian negara secara umum dan masyarakat umumnya. Jadi cukup satu kali ini saja, blackout terjadi.****