LSL kini mendominasi meningkatnya tren penderita HIV/AIDS. Broken home, menjadi salah satu pemicu hubungan seks antarlelaki.
DARA | CIANJUR— Tren penderita HIV/AIDS di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dalam kurun waktu lima tahun terakhir terus meningkat. Data pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur menunjukkan jumlah penderita HIV/AIDS tahun ini naik dibandingkan tahun sebelumnya, dari 140 orang menjadi 158 orang hingga Oktober 2019.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Kabupaten Cianjur, Rostiani Dewi, menyebutkan, kalangan lelaki seks lelaki (LSL) mendominasi jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tahun ini, yakni 71 orang.
“Sisanya dari kalangan wanita penjaja seks, waria, pengguna narkoba jarum suntik dan masyarakat umum, termasuk ibu rumah tangga, anak-anak dan juga balita,” kata Rostiani, kepada wartawan, Minggu (1/12/2019).
Rostiani menuturkan, dominasi ODHA dari kaum biseksual tersebut tidak terlepas dari fenomena seks antarlelaki di Kabupaten Cianjur yang merebak dalam beberapa tahun terakhir ini. “Aktivitas seks menyimpang ini paling rentan dalam penularan HIV/AIDS. Sehingga, tidak mengherankan jumlah penderitanya terus meningkat dari tahun ke tahun,” ujarnya.
Karena itu, ODHA dari kalangan LSL saat ditemukan (diperiksa) banyak yang sudah stadium AIDS. Pihaknya mengaku kesulitan untuk menjangkau komunitas mereka karena tertutup.
“Karenanya, bersama KPA (Komisi Penanggulangan Aids) kita gandeng NGO-NGO agar bisa menjangkau komunitas tersebut. Ternyata saat dilakukan tes terhadap mereka, banyak yang sudah positif (HIV/AIDS),” katanya.
Menurut Rostiani, ada banyak faktor yang memicu maraknya perilaku seks antarlelaki di Kabupaten Cianjur. Selain soal orientasi seksual, gaya hidup dan tuntutan ekonomi juga turut menjadi faktor pemicu.
“Ada juga karena broken home. Mencari pelarian hingga bergabung dengan komunitas itu yang dirasa lebih memberikan rasa nyaman. Termasuk juga ada yang diakibatkan pengalaman masa lalu yang buruk, seperti pernah menjadi korban sodomi,” ujar dia.
Perilaku seks antarlelaki ini, lanjutnya, telah menyasar hampir semua kalangan, pegawai swasta, pegawai pemerintahan, hingga pelajar, dan mahasiswa. “Hal ini tentu harus menjadi perhatian semua pihak, karena ada kasus pelajar yang jadi LSL lebih karena tuntutan gaya hidup, dijanjikan dibelikan handphone atau diiming-imingi materi lainnya,” katanya.***
Wartawan: Purwanda | Editor: Ayi Kusmawan