Makna Menyembelih Hewan Kurban dan Kisah Nabi Ismail

Minggu, 10 Juli 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi (Foto: denkur/dara.co.id)  

Ilustrasi (Foto: denkur/dara.co.id)  

Ibadah qurban yang dilakukan umat Islam yakni dengan penyembelihan hewan kurban pada setiap 10 Dzulhijjah. Hewan yang boleh dijadikan untuk kurban adalah unta, sapi, dan kambing atau domba.


Tapi apakah ritual ini menjadikan agama Islam tidak berbeda dengan agama-agama lainnya. Bahwa umat Muslim menjadikan hewan-hewan tersebut sebagai persembahan kepada Allah SWT.

Ibadah qurban sama halnya dengan ibadah haji, bersifat simbolik. Qurban bukanlah sebuah ritual menumpahkan darah untuk mendapatkan pertolongan Allah melalui kematian makhluk lain. Qurban bagi umat Islam adalah ungkapan terima kasih kepada Allah atas limpahan rezeki dengan cara berbagi makanan berharga kepada mereka yang tidak mampu.

Penyembelihan hewan qurban sebenarnya sudah ada sejak pra-Islam. Bahkan, dipraktekkan oleh orang-orang Arab kafir dan juga Yahudi sebagai bentuk persembahan untuk memperoleh kekayaan dan perlindungan Allah dengan pengorbanan darah.

Islam datang untuk mengubah tradisi tersebut. Penyembelihan qurban bukan untuk mendamaikan Tuhan yang sedang marah atau untuk menebus dosa-dosa sebagaimana yang diyakini umat kristen. Penyembelihan qurban menurut Islam adalah untuk memadamkan ego dan keinginan pribadi kepada Allah.

Seperti diceritakan kisah Nabi Ismail dalam Alquran surat As-Safat ayat 102-107.

Maka ketika (anak laki-laki) mencapai (usia) sanggup bekerja dengannya, (Ibrahim) berkata: “Wahai anakku! Sesungguhnya saya bermimpi bahwa saya menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab: “Wahai Ayahku! Lakukan apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu: Insya Allah, Engkau akan menemukanku, termasuk orang yang sabar. Maka ketika keduanya telah berserah diri (kepada Allah), dan dia (Ibrahim) membaringkannya anaknya atas pelisnya (untuk pengorbanan). Lalu kami panggil dia, “Wahai Ibrahim! Sungguh engkau telah memenuhi mimpi itu! ” Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat benar. Sesungguhnya ini benar-benar ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”

Hal ini menegaskan bahwa dalam Alquran, Allah tidak pernah menyuruh Ibrahim membunuh (mengorbankan) putranya. Hal ini berbeda dengan apa yang disebut dalam Alkitab, bahwa Abraham (Ibrahim as) diperintahkan berqurban dengan membunuh putranya.

Dengan kata lain, implikasi yang mendasari umat Islam dalam berqurban bukanlah pertaubatan darah atau mencari pertolongan dari Allah melalui kematian orang lain, melainkan ungkapan rasa syukur kepada Allah atas rezeki seseorang dan pengorbanan pribadi untuk berbagi harta benda dan makanan berharga mereka dengan sesama manusia.

Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh ahli tafsir Yusuf Ali, mengenai surat Al-Hajj ayat 33.

Allah berfirman, “Bagi kamu padanya (hewan Hadyu) itu ada beberapa manfaat sampai kepada waktu yang ditentukan, kemudian tempat penyembelihannya adalah di sekitar Baitul Atiq (Baitullah). (Al-Hajj ayat 33).

Kata Hadyu adalah hewan yang disembelih untuk berqurban seperti halnya sapi atau unta. Serta memang benar bahwa hewan-hewan tersebut memiliki banyak manfaat untuk manusia.

Misalnya unta di negara-negara gurun bermanfaat sebagai tunggangan atau untuk membawa beban atau untuk memberi susu. Daging unta juga baik dan rambut unta dapat ditenun menjadi kain. Kemudian kambing dan domba juga menghasilkan susu dan daging yang enak, serta bulunya dapat dimanfatkan sebagai rambut atau wol.

Sebagaimana Firman Allah SWT, “Dan bagi setiap umat telah kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang diberikan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserahdirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada mereka yang tunduk patuh (kepada Allah). (Al-Hajj ayat 34)

Yusuf Ali menambahkan, bahwa Allah yang Maha Esa tidak membutuhkan daging atau darah karenanya berqurban adalah simbol rasa syukur dengan cara berbagi daging qurban kepada sesama manusia. Justru yang terpenting dalam berqurban adalah, penyembelihan dilakukan dengan menyebut nama Allah.

Artikel ini sebelumnya sudah ditayangkan Republika dengan judul: Makna Qurban Bagi Umat Islam dan Kisah Nabi Ismail.

Editor: denkur

Berita Terkait

Kurikulum Berbasis Toleransi, Kemenag Terbitkan Buku Teks PAI dan Budi Pekerti
Inilah Sederet Doa Nabi Muhammad yang Cocok Dibaca di Hari Maulid Nabi
Khutbah Jumat: Tiga Perkara Di Balik Sikap Istiqamah
Daftar ke KPU Jakarta, Bang Emil-Suswono Diantar Ondel-ondel, Pramono Anung-Rano Karno Naik Oplet Si Doel
Program Qur’an Call dan Tuli Mengaji Raih Penghargaan dalam Ajang Zakat Awards 2024
UPTQ UIN SGD Bandung Mencetak Generasi Qurani
Catatan Diskusi Paramadina: “Etika Islam tentang Perang dan Damai”
Seperti Ini Saat Santriwati Tunanetra Diwisuda Tahfizh Nasional 2024 Kategori 30 Juz
Berita ini 1 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 20 November 2024 - 13:41 WIB

Kurikulum Berbasis Toleransi, Kemenag Terbitkan Buku Teks PAI dan Budi Pekerti

Senin, 16 September 2024 - 12:54 WIB

Inilah Sederet Doa Nabi Muhammad yang Cocok Dibaca di Hari Maulid Nabi

Jumat, 30 Agustus 2024 - 10:51 WIB

Khutbah Jumat: Tiga Perkara Di Balik Sikap Istiqamah

Rabu, 28 Agustus 2024 - 17:37 WIB

Daftar ke KPU Jakarta, Bang Emil-Suswono Diantar Ondel-ondel, Pramono Anung-Rano Karno Naik Oplet Si Doel

Jumat, 19 Juli 2024 - 18:44 WIB

Program Qur’an Call dan Tuli Mengaji Raih Penghargaan dalam Ajang Zakat Awards 2024

Berita Terbaru