Ia juga menilai sebagai pemimpin muda, Hengky tentunya memiliki spirit tinggi dan potensi kaya ide. Menurutnya, kepemimpinan Hengky Kurniawan di KBB telah memberikan warna tersendiri, sehingga nampu menciptakan suasana bergairah.
DARA| Masa jabatan Hengky Kurniawan sebagai Bupati Bandung Barat hanya tinggal sehari lagi. Tepatnya, Selasa (20/9/2023) masa jabatan Hengky berakhir.
Djamu Kertabudi, salah seorang pengamat politik dan ilmu pemerintahan, yang sering mengkritisi kebijakan dan langkah Hengky dalam menjalankan roda pemerintahan Hengky kembali bersuara.
Kali ini, Djamu mengucapkan terima kasih pada Hengky sebagai orang nomor satu di KBB tersebut. Karena Hengky dianggap Djamu, telah berhasil memberikan kontribusi capaian indeks kebahagiaan (index of happiness)
kepada masyarakat KBB melalui hiburan yang digelarnya.
Menurutnya, kepemimpinan Hengky Kurniawan di KBB telah memberikan warna tersendiri, sehingga nampu menciptakan suasana bergairah.
“Khususnya bagi masyarakat luas dengan pola dalam tanda petik panggung terbukanya. Banyak masyarakat yang terhibur karenanya, yang memberikan kesan bahwa sesulit apapun yang dihadapi, ada momen masyarakat bisa bergembira,” ucap Djamu, Senin (18/9/2023).
Indek kebahagiaan Hengky ini sambung Djamu, sebagai salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kebahagiaan masyarakat sesuai dengan tingkat kebahagiaan yang dimilikinya.
“Meskipun tidak ada kejelasan dari mana sumber biayanya,” imbuhnya.
Ia juga menilai sebagai pemimpin muda, Hengky tentunya memiliki spirit tinggi dan potensi kaya ide.
Kadang muncul ide-ide segar dan spontan dalam benaknya. Meskipun, soal itu dapat dirumuskan menjadi sebuah kebijakan atau tidak.
Justru kata Djamu, disinilah letak masalahnya masa kepemimpinan Hengky Kurniawan selama menjabat sebagai Bupati Bandung Barat.
“Untuk itulah mari kita sesaat kesampingkan dulu persoalan yang dihadapi Pemda KBB selama ini. Karena terasa tidak adil kalau hal ini ditimpakan kepadanya semata,” ucapnya lagi.
Justru menilai jika sikap dan perilaku pejabat di sekelilingnya memberikan andil juga. Terutama beberapa pejabat memperlihatkan sikap “blind loyality” dengan menerapkan pola “logika terbalik” yang bersifat pragmatis, “cari aman & nyaman sendiri”.
Artinya seharusnya berani bersikap profesional terhadap kehendak pemimpin yang tidak selaras dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
Sayangnya ia memandang, justru bersikap sebaliknya bagaimana kehendak ini diakomodir melalui perumusan kebijakan yang bersifat implisit.
Djamu mengakui jika pandangannya dengan Hengky berbeda, sehingga ia saya sering mengkritisinya.
Ia menyadari, mungkin Hengky merasa terganggu seiring dengan kritiknya, yang ia rasakan justru dianggap angin lalu, datang dan pergi lewat begitu saja.
“Tidak apa-apa itu haknya, saya juga tidak merasa kecewa. Karena secara pribadi tidak ada masalah apapun. Namun setidaknya dapat diambil hikmahnya sebagai proses pembelajaran bagi berbagai pihak,” pungkasnya.
Editor: Maji