SATGAS Citarum Harum sektor 2 bekerja sama dengan bank sampah Warisan Alam di Desa Sukapura, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, melakukan inovasi pembuatan paving block berbahan kantong keresek. Ini upaya mengurangi limbah plastik.
Paving block yang terbuat dari limbah kantong keresek yang telah dilebur ini, memiliki keunggulan dibandingkan paving block dari bahan pasir dan semen. Ide pembuatan paving block berbahan sampah plastik keresek ini, bertujuan untuk mengolah limbah keresek yang memang tak memiliki nilai ekonomi alias tak laku dijual sebagai rongsokan daur ulang.
Anggota Satgas Citarum Harum Sektor 2, Serma Ashari, mengatakan, pihaknya bersama dengan bank sampah Warisan Alam menginisiasi pembuatan paving block tersebut. Hasilnya ternyata luar biasa, pengolahan limbah kantong keresek ini diklaimnya bisa mereduksi atau mengurangi sampah hingga 65 persen.
“Sebenarnya ini bukan hal baru, video serupa juga di YouTube banyak kok. Tapi ketika kami coba, hasilnya alhamdulilah sangat memuaskan, karena sampah keresek yang semula dibiarkan berserakan begitu saja, sekarang habis bersih dan menjadi sesuatu barang baru yang bermanfaat. Bahkan sekarang kami harus mencari sampah plastik sampah ke desa-desa tetangga,” ungkap Ashari saat diwawancarai belum lama ini.
Menurut Ashari, untuk membuat satu buah paving block dibutuhkan sekitar 1 kilogram limbah plastik keresek. Kemudian, plastik keresek tersebut dilebur dengan cara dipanaskan.
Setelah limbah keresek ini mencair, kemudian dicampur pasir dengan perbandingan 50 persen. Prosesnya terbilang mudah, limbah kantong keresek itu dimasukkan ke dalam mesin pencacah, kemudian dipanaskan dalam sebuah drum. Setelah dilebur dan dicampurkan pasir sebagai pemberat.
“Nah, bahan bakar untuk memanaskan alat ini adalah bio solar yang kami suling dari limbah plastik juga. Jadi ini benar-benar pemanfaatan limbah plastik yang sudah tidak ada nilai ekonomi menjadi suatu barang baru yang punya nilai ekonomi,” uajrnya.
Ashari menjelaskan, dalam sehari produksi paving block berbahan limbah kantong keresek itu antara 400 hingga 500 buah. Hasil produksi paving block mereka telah dipakai atau dimanfaatkan untuk kantor desa dan juga beberapa sekolah di Desa Sukapura.
Saat ini juga, pihaknya mendapatkan pesanan paving block dari Pemkab Bandung. Produksi paving block ini dikerjakan bersama-sama dengan bank sampah Warisan Alam, kader PKK, Karang Taruna, dan kelompok masyarakat lainnya.
“Paving block berbahan limbah plastik keresek ini kami jual Rp120 ribu permeter persegi. Sedangkan paving block biasa yang berbahan semen dan pasir sekitar Rp 90 ribu,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Bank Sampah Warisan Alam Desa Sukapura, Rendi Firmansyah, menuturkan, produksi paving block di tempatnya itu adalah bagian dari pada program Citarum Harum, yang tengah dilaksanakan sejak beberapa tahun ini. Selain produksi paving block, sebenarnya ada juga beberapa produk lain dari bank sampah Warisan Alam yang merupakan bagian dari Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Desa Sukapura itu. Produk dimaksud, yakni Tabungan Ramadan, Tabungan Reguler, Tabungan Pendidikan dan Tabungan Kesehatan, serta barter.
Semua produk perbankan yang mereka sediakan ini dibayar atau menggunakan sampah sebagai alat transaksinya. Saat ini nasabahnya sekitar 300 kepala keluarga. Pembuatan paving block berbahan limbah plastik keresek, dakuinya bagian dari upaya pihkanya bersama TNI dari Satgas Citarum Harum untuk menyelesaikan permasalahan sampah di lingkungan sekitarnya.
“Bank sampah yang kami kelola alhamdulilah setiap minggunya menampung sekitar 2 ton sampah yang masih punya nilai ekonomi, seperti botol plastik. Sedangkan limbah seperti kantong keresek yang tidak bisa dijual, kemudian dilebur dan dijadikan paving block,” kata Rendi.
Sepintas bentuk, ukuran, dan motif paving block yang terbuat dari limbah plastik ini tak jauh beda dengan yang dibuat dengan bahan pasir dan semen. Namun, warna paving block dari bahan plastik ini lebih hitam dan sedikit mengkilap.
Secara umum, paving block tersebut tak jauh beda dengan yang ada dipasaran. Namun, dibalik kesamaannya terdapat juga beberapa keunggulan, di antarannya lebih tahan banting dan ditindih dengan beban beberapa ton pun mampu bertahan alias tak mudah pecah.***
Wartawan: Muhammad Zein | Editor: Ayi Kusmawan