“Saung yang kita pakai hanya 27 saja dari 45 saung keseluruhan. Bahkan tempat pertemuan di paling atas, baru hari ini saja kita buka,” ujar Hari Hermanto.
DARA | BANDUNG – Salah satu wisata kuliner yang masih bertahan di tengah pandemi Covid-19 adalah Kampung Daun di Jalan Sersan Bajuri, Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat.
Wisata kuliner yang menyajikan keindahan panorama alam ini, masih menjadi tujuan favorit wisatawan dari Jakarta dan daerah lainnya.
General Manager Kampung Daun, Hari Hermanto mengatakan, untuk menjamin keamanan pengunjung, pihak manajemen melakukan berbagai perubahan. Mulai pengurangan jumlah saung, tempat pengunjung menikmati sajian makanan, hingga menjaga kebersihan lingkungan, serta menjalankan protokol kesehatan.
“Saung yang kita pakai hanya 27 saja dari 45 saung keseluruhan. Bahkan tempat pertemuan di paling atas, baru hari ini saja kita buka,” ujar Hari disela-sela Diskusi Kepariwisataan Dimasa Covid-19 di Kampung Daun, Selasa (25/8/2020).
Menurut Hari, sejak di pintu gerbang pengunjung dipersilakan untuk mencuci tangan, chek suhu tubuh dengan menggunakan termo gun, kemudian masuk bilik untuk penyemprotan disinfektan dengan menggunakan gas ozon yang aman, sekalipun untuk anak-anak.
Di saung-saung tersedia tempat cuci tangan, baik air dari kran maupun sabun mengalirnya dengan sensor. Begitu juga dengan kamar kecil, pengunjung tidak usah menyentuh peralatan dengan tangan.
“Buka tutup pintu-pun sudah nggak pakai tangan tapi sama kaki. Terus yang paling penting, sendok dan garpu kita siram 100 derajat celcius air mendidih. Kemudian ditaruh di box yang steril,” bebernya.
Semua itu dilakukan, selain bagian dari layanan pada pelanggan, juga merupakan wujud taat aturan pemerintah. Salah satu kiat inilah, yang dilakukan manajemen Kampung Daun untuk mempertahankan usahanya.
Sementara untuk omzet, Hari mengaku hingga saat ini masih relatif aman dan tidak mengalami penurunan. “Mungkin karena restoran beda dengan tempat wisata. Jadi kita masih relatif aman,”pungkasnya.***
Editor: Muhammad Zein