Memelihara anak ayam dan menanam bibit cabai, kini menjadi program yang masuk penilaian sekolah bagi SMPN 54 Kota Bandung. Jelas, jika anak ayam dan bibit cabe tersebut tumbuh baik hingga layak panen, maka akan menjadi bonus bagi siswa.
DARA | BANDUNG – Program pemeliharaan anak ayam dan menanam bibit cabai menjadi salah satu penilaian bagi siswa dengan poin penilaian pada mata pelajaran keterampilan.
Menurut guru SMP Negeri 54 Bandung, Rohayati, dalam program pemeliharaan anak ayam yang digagas oleh Wali Kota Bandung, Oded M. Danial, ini setidaknya mengintegrasikan lima mata pelajaran, yaitu IPA, IPS, TIK, Bahasa Indonesia, dan Prakayra.
“Masuk penilaian juga kan ini keterampilan. Jadi penilaian di e-rapor itu ada penilaian pengetahuan dan penilaian keterampilan. Dari 11 mapel (mata pelajaran) semuanya ada peniliaian,” kata Rohayati seusai penyerahan anak ayam dan bibit pohon cabai di Kolam Retensi Rancabolang, Kecamatan Gedebage, Kamis (21/11/2019).
Ia menuturkan, siswa tidak dilepas begitu saja untuk memelihara anak ayam atau menanam cabai. Mereka diberi instruksi agar proses kehidupannya bisa diamati.
Oleh karen itu, lanjut dia, dari lima mata pelajaran yang terintegrasi ini masing-masing memiliki penilaian tertentu. Selain IPA yang berkaitan dengan makhluk hidup, lalu kepiawaian IPS dasar dalam menghitung pengeluaran dan hasil.
Lalu pemanfaatan TIK dalam mendokumentasikan proses juga kepiawaian prakarya saat membuat kandang atau menata area tanam pohon cabai. “Para siswa ini bisa melihat ciri-ciri makhluk hidup. Jadi harus diamati dari awal. Jadi dua minggu sekali dia itu buat laporan, disesuaikan format dari sekolah untuk perkembangannya. Dua minggu sekali juga datang dari sekolah.”
Ia mengungkapkan, hasil akhir dari program pemeliharaan ini menjadi bonus bagi siswa. Begitu juga dengan pohon cabai yang ditanam bisa dimanfaatkan untuk keperluan pelengkap makanan.
Penekanan program pemeliharaan ini, yakni para siswa bisa memahami setiap proses yang dilewatinya. Sekalipun ayamnya mati atau tanaman cabai tidak tumbuh lagi, tetap harus dibubuhkan dalam laporan tertulis.
“Tidak apa-apa mati juga asal ada laporannya dan kalau misalkan manusia itu ada autopsinya, nanti ditulis di kinerja ilmiahnya. Jadi melihat pakannya, penyebab kenapa juga bisa mati. Nanti dibuatkan laporan karena yang dikasih sekarang juga ayamnya masih bayi,” katanya.***
Editor: Ayi Kusmawan