Membicarakan keuangan cukup kompleks. Orang-orang mau bercerita soal membeli barang dengan kredit, tapi tidak tentang cara membayarnya.
DARA | Di sisi lain, saat menghadapi hal penting seperti pendidikan atau pensiun, tak sedikit yang mengakui uang
masih jadi masalah.
Jakpat dan Lintar Financial mengadakan survei untuk mengetahui tingkat literasi keuangan di tiap generasi. Laporan yang melibatkan 1295 responden ini menunjukkan apa saja kredit yang dimiliki, keikutsertaan kelas keuangan, dan rencana masa depan.
Angsuran, alokasi keuangan, dan kesiapan masa depan
Secara umum, kebanyakan responden tak memiliki kredit, didominasi oleh Generasi Z (70%) dan Generasi X (60%).
Sementara itu sebanyak 45% Milenial memiliki kredit seperti kartu kredit (CC), Kredit Tanpa Agunan (KTA), hingga kredit kendaraan bermotor. Lebih spesifik, 3 dari 10 orang memiliki angsuran CC/KTA dibawah Rp500 ribu per bulan.
Sebanyak 32% laki-laki dan 14% perempuan memiliki cicilan CC/KTA sebesar Rp1-1,25 juta.
Sementara, 40% responden mempunyai cicilan kendaraan sebesar Rp 500 ribu-1 juta, yang didominasi oleh Gen Z dan Gen X. Kebanyakan Millenial mempunyai cicilan kendaraan sebesar Rp 1-1,25 juta.
Selain angsuran, pos keuangan lain juga diperhatikan. Sebanyak 63% responden mengalokasikan pendapatan per bulan untuk ditabung.
Sementara, 27% melakukan investasi dan 17% menyisihkan uang untuk asuransi. Lebih detail, 4 dari 10 orang
menabung dengan nominal kurang dari Rp500 ribu per bulan. Hanya 10% yang bisa menabung di atas Rp2,5 juta.
Kemudian, sebanyak 70% responden berinvestasi di bawah Rp1 juta tiap bulan. Ada 9% responden yang mengaku berinvestasi dengan jumlah di atas Rp5 juta.
“Berdasarkan studi kami, kesadaran Gen Z dalam mengalokasikan uang untuk investasi, tabungan, dan asuransi masih lebih rendah dibandingkan kelompok lainnya. Ini mungkin karena pendapatan yang lebih rendah dan kurangnya pengalaman dalam mengelola keuangan,” tutur Lead Researcher Jakpat, Farida Hasna.
“Apalagi mereka juga memiliki cicilan seperti cicilan kendaraan, sehingga edukasi mengenai alokasi keuangan perlu ditingkatkan,” imbuhnya dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Sabtu (15/6/2024).
Berbicara mengenai persiapan masa depan, persentase menikah (59%) dan berkeluarga (64%) hampir dua kali lipat dibandingkan melanjutkan pendidikan tinggi (28%) dan mendanai pensiun (37%). Hal ini berlaku untuk kedua jenis kelamin.
Rinciannya, 2 dari 3 laki-laki siap membangun keluarga dan hanya seperempat perempuan yang siap secara finansial untuk melanjutkan pendidikan tinggi.
Literasi keuangan
Tiga dari 10 orang mengklaim diri mereka terampil mengelola keuangan, artinya mereka dapat menyisihkan dana untuk biaya-biaya tertentu. Angka ini selaras dengan keikutsertaan dalam kelas keuangan. Hanya 19% responden yang mengaku pernah mengikuti kelas keuangan.
Ini berarti masih banyak masyarakat Indonesia yang belum teredukasi mengenai pentingnya perencanaan keuangan dalam kehidupan sehari-hari, yang berdampak besar jika mereka dalam posisi tidak siap menghadapi kondisi keuangan yang buruk.
“Salah satu perencanaan keuangan yang penting adalah persiapan dana pensiun. Meskipun mayoritas Gen Z dan Milenial mengaku belum siap pensiun, faktanya sebanyak 56% Generasi X yang secara usia lebih matang juga merasa belum siap untuk pensiun. Hal ini menunjukkan perlunya edukasi keuangan yang lebih intensif,” kata Hasna.
Apa saja alokasi keuangan lain yang juga sudah disiapkan? Apakah itu tabungan, investasi, atau asuransi? Dapatkan hasilnya dengan data mendetail dalam laporan Jakpat “Discovering Financial Literacy in Indonesia” pada tautan berikut: https://blog.jakpat.net/discovering-financial-literacy-in-indonesia/
Editor: denkur