DARA | CIANJUR — Masyarakat di Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat khawatir akan terjadinya krisis air bersih pada musim kemarau yang mulai berlangsung. Setiap musim kemarau datang, debit air di sumur milik mereka selalu berkurang.
Cuaca yang kering, akhirnya membuat mereka harus mulai menghemat pemakaian air karena khawatir pasokan air akan berkurang beberapa waktu ke depan. “Meskipun sumur milik warga belum semuanya kering, tapi air di sumur warga sudah sedikit berkurang,” ujar Rahmat Effendi (49), warga Kampung Sindanglaut RT 01/01, Desa Saganten, Kecamatan Sindangbarang, kepada wartawan, Rabu (26/6/2019).
Rahmat mengaku, hingga saat ini persediaan sir mereka belum hsbis. Namun, warga setempat tidak bisa memperkirakan kondisi sumur dalam satu atau dua bulan ke depan.
Menuru Rahmat, bisa saja air di dalam sumur mengering karena faktor cuaca. Tapi dia sangat berharap tahun ini tidak terjadi krisis air di wilayah tersebut.
Terutama, lanjut dia, di wilayah yang relatif rawan krisis air bersih, seperti Desa Kertasari, Jatisari, sebagian Desa Jayagiri, dan Desa Muara Cikadu yang berbatasan dengan Kecamatan Cikadu. Kekhawatiran masyarakat Sindangbarang, sebelumnya dirasakan pula warga di Kecamatan Cibeber.
Kondisi geografis beberapa desa yang berada di dataran tinggi, dikhawatirkan menyebabkan krisis air terjadi pada setiap musim kemarau. Apalagi, di enam dari 18 desa wilayah tersebut yakni Desa Girimulya, Salamnunggal, Karangnunggal, Cibaregbeg, Sukamanah, dan Desa Kanoman sering terjadi kekeringan.
Karena itu, untuk mencegahnya warga mencoba mengantisipasinya dengan menanam sejumlah pohon.
Sementara itu, Sekretaris BPBD Kabupaten Cianjur, Sugeng Supriyatno, mengatakan, Kecamatan Sindangbarang termasuk salah satu wilayah berpotensi krisis air. “Wilayah lainnya di selatan juga ada yang rawan, yakni Kecamatan Cibinong dan Leles. Kalau di timur, biasanya kekeringan terjadi di Kecamatan Mande, Karangtengah, dan Sukaluyu. Tapi, sampai sekarang kami belum menerima laporan terjadinya krisis air,” ujar Sugeng.
Sugeng mengungkapkan, dari beberapa daerah itu, yang cukup aktif melaporkan adalah Kecamatan Sindangbarang dan Kecamatan Mande. Namun, ia memastikan BPBD akan tetap mengawasi semua wilayah terkait potensi kekeringan.
Kondisi kekeringan sebenarnya sempat terjadi beberapa waktu lalu, hingga mengakibatkan tanah retak-retak akibat yang semula berpotensi menyebabkan pergerakan tanah. Beberapa waktu ke belakang hujan masih terjadi meski sudah memasuki musim kemarau.
Namun kini, kondisi yang berubah-ubah itu terus dipantau. BPBD terus berkoordinasi dan berkomunikasi dengan relawan di setiap kecamatan, ataupun dengan semua aparatur pemerintahan kecamatan.
“Kami selalu siaga mewaspadai potensi kebencanaan, baik kekeringan maupun banjir dan longsor,” katanya.***
Wartawan: Purwanda | Editor: Ayi Kusmawan