DARA | CIANJUR — Warga Kampung/Desa Cisalak, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat terpaksa menggali tanah untuk menemukan sumber ari baru. Penggalian mereka lakukan antara lain di dasar kolam yang telah mengering.
Sejumlah sumber air yang selama ini digunakan warga setempat seperti sungai, sumur, dan kolam mengering sejak dua bulan terakhir. “Terpaksa kita melakukan ini. Semua sumber air sudah mengering. Mudah-mudahan saja ada airnya,” kata Jayudin, warga setempat, kepada wartawan, Kamis (25/7/2019).
Ia terpaksa menggali kolam di belakang rumahnya itu agar bisa mendapatkan sumber air baru. “Kalau warga yang dekat sungai pakai sisa air (sungai) yang ada. Kalau saya kan agak jauh. Jadi gali kolam ini saja,” ujarnya.
Ketua RW setempat, Yusup Cucun, menyebutkan, sejak bendungan irigasi Sungai Cikondang, Cibeber jebol Januari lalu, volume air kolam dan empang di wilayahnya terus menyusut. “Puncaknya dalam sebulan terakhir ini. Karena musim kemarau juga jadi kolam dan empang sekarang sudah benar-benar kering,”katanya.
Selain menggali tanah, warga berinisiatif membuat kubangan dengan cara membendung aliran air sungai yang tersisa dengan karung-karung pasir. “Termasuk buat lobang-lobang (cerukan) di sungai ini. Airnya keluar tapi memang kurang bagus,” ujarnya.
Warga pun patungan menyewa mesin pompa agar air di salahsatu kubangan di Kali Cisalak itu bisa disedot atau dialirkan ke kolam penampungan. “Kita swadaya untuk sewa dan beli bahan bakarnya. Air kita sedot ke kolam mesjid dan warga MCK-nya di sana. Jadi kubangan ini untuk sumber saja,” katanya.
Namun, untuk menyedot air tidak bisa dilakukan setiap hari karena debit air di kubangan semakin berkurang dan mudah keruh. “Sampai harus begadang hingga tengah malam untuk jaga air, karena tinggal ini sumber air yang ada dan bisa dimanfaatkan warga,” ucapnya.
Menurut dia, kekeringan saat ini terparah sejak ia tinggal di wilayah tersebut. “Tahun 70-an pernah kemarau panjang hampir delapan bulan di sini. Tapi sungai dan sumur tetap ada airnya. Sekarang baru dua bulan saja sudah kering kerontang seperti ini. Sumur, kolam, dan sungai tak ada airnya,” kata dia.***
Wartawan: Purwanda | Editor: Ayi Kusmawan