Delapan daerah di Jawa Barat akan menggelar pemilihan kepala daerah tahun 2020 ini, yakni Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Pangandaran, dan Kota Depok.
DARA | BANDUNG – Pelaksanaan pilkada semuanya digelar Desember nanti. Hingga kini persoalan pasangan bakal calon masih terus bergulir. Dinamikanya masih berubah-ubah, meski diantaranya sudah ada yang terbit surat rekom dari pengurus pusat partai.
Ada sosok lain yang muncul ikut bertarung, terutama di Kabupaten Bandung. Sebut saja Atep Rizal. Ia adalah pesebakbola profesional yang namanya melambung setelah memperkuat squad Persib Bandung.
Atep dipasangkan dengan Yena Ma’soem dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Sedangkan Atep diusung dari Partai Amanat Nasional (PAN).
Sejumlah pengamat pun menilai pasangan ini tak bisa dianggap enteng. Keduanya memiliki kekuatan suara yang pada akhirnya akan menyeruak menggoyang rivalnya yang juga diunggulkan.
Sosok lain selain Atep, ada nama Lucky Hakim dan Adly Fairuz yang diusung PDI Perjuangan. Dua artis ini ikut bertarung di Pilkada di daerah berbeda.
Lucky Hakim dipasangkan dengan Nia Agustina Bachtiar. Bertarung di Indramayu. Sedangkan Adly Fairuz dipasangkan bersama Yesi Karya Lianti unjuk gigi di Pilkada Karawang.
Lucky mengatakan, setiap warga negara Indonesia dengan latar belakang apapun memiliki hak berpolitik. Baik dokter, pengusaha, termasuk artis. Mempunyai kedudukan yang sama dalam politik. Semuanya kembali ke personal dan rekam jejak masing-masing.
Kembali ke Kabupaten Bandung, belakangan muncul sosok Sahrul Gunawan, artis popular di era tahun 90 an. Disebut-sebut akan mendampingi Dadang Supriatna, politikus ulung yang terlebih dahulu mendeklarasikan diri maju sebagai bakal calon Bupati Bandung.
Sosok lain itu, kata Bambang Kirey, pengamat politik, tentu menjadi dinamika politik yang turut mewarnai gelinjang pesta demokrasi tingkat daerah. Popularitas jadi modal untuk mendulang suara, meski tidak mudah karena setiap pasangan punya jurus tertentu untuk meraih suara sebanyak-banyaknya.
“Pastinya, si pemilik popularitas seperti artis, seharusnya tidak cukup dengan mengandalkan popularitasnya saja. Perjuangan untuk mendekati rakyat masih harus terus dilakukan. Tidak boleh berleha-leha karena dia seorang artis,” ujarnya.
Itu artinya, modal popularitas belum jadi jaminan untuk memenangkan pertarungan. Konsolidasi dan sosialisasi kepada khalayak adalah langkah yang wajib dilakukan agar semakin mantap merenggut hati rakyat.
“Bagus-bagus saja orang yang punya popalaritas ikut mencalonkan diri. Namun, ‘ya itu tadi masih ada upaya-upaya yang harus dilakukan dalam mensosialisasikan dirinya. Ingat di kancang pilkada, calon berhadapan langsung dengan rakyat dan rakyat saat ini tak cukup dengan mengenal sosok calonnya, tapi selebihnya adalah komitmen untuk membangun daerahnya agar lebih baik,” ujar Bambang.***
Editor: denkur