Siapa tak kenal Albert Einstein? Setelah tiori relativitas umum dirumuskan, ilmuwan fisika kelahiran Jerman ini menjadi terkenal ke seluruh dunia secara fenomenal. Bahkan, di masa tuanya, keterkenalannya melampaui ketenaran semua ilmuwan dalam sejarah dan budaya populer.
Kata “Einstein” dianggap bersinonim dengan kecerdasan atau kejeniusan. Wajahnya menjadi salah satu yang paling dikenal di seantero jagat.
Pada tahun 1999, Majalah Time menamakan Einstein sebagai “Tokoh Abad Ini”.
Kepopulerannya juga membuat nama Einstein digunakan secara luas dalam iklan dan dagangan lain hingga
akhirnya “Albert Einstein” didaftarkan sebagai merek dagang.
Untuk menghargainya, sebuah satuan dalam fotokimia dinamai einstein, sebuah unsur kimia dinamai einsteinium,
dan sebuah asteroid dinamai 2001 einstein. Rumus einstein yang paling terkenal adalah .
Namun, di balik popularitasnya, banyak orang, termasuk guru-guru fisika, tidak tahu kepribadian seorang Albert Einstein. Terlebih soal gaya hidupnya. Bukti dari hal ini adalah ketika saya bertanya kepada teman-teman, “Mengapa Albert Einstein bervegetaris?”.
Ternyata sebagian besar dari mereka malah balik bertanya, “Oh, Albert Einstein vegetarian?”. Artinya, masih sedikit orang yang mengenal Albert Einstein sebagai vegetarian alias manusia pemakan makanan nabati saja.
“Sejujurnya, sebagai guru fisika, saya pun baru tahu. Selama belajar fisika di sekolah dan tempat kuliah, perhatian saya hanya tertuju pada ilmu dan rumus-rumusnya saja. Pengetahuan tentang biografi para tokoh fisika terasa minim, termasuk biografi Albert Einstein,” pengakuan seorang guru fisika.
Tampaknya, belum banyak buku biografi yang memuat para fisikawan terkenal. Meskipun ada satu atau dua buku tentang hal tersebut, muatannya terasa minim alias tidak lengkap atau kurang detil.
Saya mengetahui Albert Einstein sebagai vegetarian malah melalui buku lain, yaitu buku “Call of the Great Master” (Panggilan Mahaguru) yang diterbitkan oleh Radha Soami Satsang Beas Punjab India.
Dalam buku tersebut ada tertulis tentang vegetarisme. Dalam bab inilah disebutkan sederet orang besar dalam sejarah yang menolak untuk makan makanan hewani. Mereka adalah Homer, George Bernard Shaw, Pangeran Tolstoy, Mahatma Gandhi, Pythagoras, Diogenes, Plato, Nietzsche, Laotze, Albert Einstein, Henry David Thoreau, St. Francis dari Asisi, Francois Voltaire, Arthur Schopenhauer, Buddha, Confucius, Musa, Cicero, Plutarch, Lucius Seneca, Socrates, Zoroaster, Leonardo da Vinci, Aristoteles, Percy Bysshe Shelley, Charles Darwin, Sir
Issac Newton, Milton.
Pengetahuan saya tentang Albert Einstein sebagai vegetarian melalui buku setebal 284 halaman itu diperkuat oleh sebuah pengalaman pribadi.
Pada suatu hari, ketika jalan-jalan bersama keluarga, saya melihat ada rumah makan vegetarian di Jalan Pajajaran Bandung. Nama rumah makan itu cukup unik, yaitu Kehidupan Tidak Pernah Berakhir.
Saya sekeluarga makan siang di sana untuk mencicipi menu yang dihidangkannya. Banyak orang antre untuk mendapatkan makanan. Anak-anak, remaja, pemuda-pemudi, orang tua, dari berbagai ras dan agama, ikut mengantre.
Usai mendapatkan makanan, kami duduk bersama menikmati makanan vegetarian. Selain lezat makanannya, suasana di rumah makan yang luas ini sangat nyaman.
Dinding-dindingnya dihiasi dengan berbagai poster kata-kata bijak, dan foto-foto orang terkenal. Saya terkejut ketika menoleh pada foto Albert Einstein. Ya, foto-foto orang terkenal yang dipampang di sana adalah para vegetarian dari berbagai jaman.
Mengapa Albert Einstein, Issac Newton, dan beberapa tokoh fisika lainnya bervegetaris? Pertanyaan ini kembali mengusik pikiran saya. Hingga tiba di rumah pertanyaan tersebut masih bertalu-talu dalam benak saya. Kembali saya buka buku “Call of the Great Master”.
Saya baca lagi dengan seksama. Ternyata alasan mereka bervegetaris (menjadi vegetarian) adalah karena mereka menghormati hidup. Alasan mereka diungkapkan George Bernard Shaw melalui puisi yang isinya sebagai berkut:
Kami adalah kuburan hidup dari binatang-binatang yang mati terbunuh.
Yang disembelih guna memuaskan selera kami.
Kami tak pernah berhenti untuk berpikir sejenak tentang pesta pora kami itu.
Apakah binatang—seperti manusia—juga mempunyai hak-hak.
Kami berdoa setiap minggu agar memperoleh terang
Guna membimbing langkah-langkah kami pada jalan yang kami lalui.
Kami muak akan perang, kami tak mau bertempur.
Sekarang saja, kenangannya telah memenuhi hati kami dengan ketakutan;
Tetapi toh—kami makan lahap-lahap yang mati;
Bagaikan burung nazar kami hidup dan makan daging,
Tanpa peduli akan penderitaan dan kesakitan
Yang timbul sebagai akibat dari perbuatan kami itu;
Jika seperti itu kami memperlakukan
Binatang-binatang yang tak berdaya itu untuk bersenang-senang,
Bagaimana di dunia ini kami boleh berharap untuk memperoleh
DAMAI yang konon sangat kita dambakan?
Kami berdoa untuk memperolehnya, di atas kurban sembelihan,
Kepada Tuhan, sambil memperkosa hukum moral;
Karena itu kekejaman menghasilkan buahnya—PERANG.
Lewat puisi itu, saya memahami alasan Albert Einstein bervegetaris. Rupanya, Albert Einstein bukan hanya seorang ilmuwan fisika melainkan juga seorang pengasih yang mengasihi semua mahluk hidup.
Sebagai manusia yang menghormati hidup, bisa dipastikan Albert Einstein sangat mengasihi Daya Hidup yang menghidupkan kehidupan seluruh mahluk hidup.
Tentang kehidupan, Albert Einsten berkata, “Manusia adalah bagian suatu keseluruhan yang kita sebut sebagai ‘Alam Semesta’, bagian yang terbatas dalam waktu dan ruang.
Ia mengalami semua ingatan dan perasaannya sebagai sesuatu yang terpisah dari yang lain—suatu tipuan penglihatan dari kesadarannya. Tipuan ini menjadi semacam penjara bagi kita, membatasi kita pada keinginan-keinginan pribadi kita dan pada kecintaan akan segelintir orang yang paling dekat dengan kita.
Tugas kita adalah membebaskan diri dari penjara ini dengan memperluas lingkaran belas kasihan kita sehingga kita dapat merangkul semua mahluk ciptaan dan seluruh alamnya yang indah.” (Buku “Einstein, A Life” oleh Denis
Brian, 1996, halaman 388).
Dari kata-katanya, kita dapat memahami bahwa dia bervegetaris untuk “memperluas lingkaran belas kasihan”. Albert Einstein telah membuktikannya. Fisikawan yang agung itu bukan hanya mengasihi sesama manusia, melainkan seluruh mahluk dan alam semesta.
Mau jadi vegetarian seperti Albert Einstein? ***
Penulis adalah Penyiar Radio, Instruktur Senam Perkasa Indonesia dan Praktisi Pijat Getar Syaraf.
Editor: denkur