Senyaman-nyamannya tinggal di pengungsian tetap lebih nyaman tinggal di rumah sendiri. Namun apa daya musibah itu datang tanpa diundang.
DARA | Begitulah curahan hati para pengungsi warga terdampak pergerakan tanah Kampung Cigombong, Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Selama sepekan warga harus tidur berdesakan di Gedung Islamic Center, lokasinya cukup jauh dari rumah yang mereka tinggalkan.
Kendati makan dan minum cukup terjamin di pengungsian, namun tetap saja mereka rindu dengan kebebasan bergerak.
“Sebenarnya tidak nyaman (mengungsi), pengen pulang. Tapi bagaimana, di rumah kan tidak aman juga,” ujar Sintya (25), warga Kampung Cigombong RT 04 RW 13 saat ditemui Selasa (5/3/2024).
Kendati rumah Sintya tidak rusak, namun kondisinya berada di zona tidak aman. Ia terpaksa ikut mengungsi bersama bayinya yang masih berusia 3 bulan.
Tawaran pemerintah untuk relokasi disambut positif olehnya. Karena tidak ada pilihan lain lagi, selain pindah ke tempat baru.
Hingga kini, Sintya belum memikirkan untuk ke depannya. Ikut relokasi dengan satu titik, sesuai ketentuan pemerintah atau membangun mandiri dengan anggaran dari pemerintah.
“Yang kepikiran sekarang mah, pengen munggahan di rumah (bukan tempat pengungsian). Tapi pindahnya entah ke rumah saudara atau ke rumah sewaan,” ujarnya.
Senada dengan itu, Titang (58) mengaku sebenarnya cukup berat meninggalkan kampung halamannya di tempat pergerakan tanah tersebut.
Selama 27 tahun, ia mendiami rumah yang dibangun bersama keluarganya itu.
“Mau bagaimana lagi, ini kan musibah. Jadi saya terima saja, kalau kita dipindahkan (relokasi),” katanya.
Ia memilih untuk relokasi bersama dengan warga lainnya, kendati ada pilihan bisa membangun secara mandiri.
Hanya untuk hunian sementara, Titang berharap sebelum bulan puasa bisa pindah ke tempat baru.
“Kita memang ditawarkan untuk sewa rumah atau ikut saudara, dengan biaya Rp500/ bulan. Untuk sewa kayaknya, cukup untuk satu rumah di sini,” kata Titang.
Ia menceritakan kembali musibah yang dialami Kampung Cigombong. Pada awalnya, ia mengira retakan rumah, tidak akan meluas seperti sekarang ini.
Hanya firasatnya cukup kuat agar segara hengkang dari rumah yang dibangunnya itu. “Barang-barang di rumah mulai dipindahkan, karena retakan makin hari makin melebar. Ternyata benar saja, akhirnya tanah juga malah amblas. Rumah saya rusak,” tuturnya.
Sementara, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyediakan anggaran untuk pembangunan rumah terdampak pergerakan tanah Cigombong, sebesar Rp60 juta/ Kepala Keluarga (KK).
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengatakan selain menyediakan anggaran relokasi ke huntap non lahannya, BNPB juga siap memberikan bantuan hunian sementara (huntara) baik sewa rumah masing-masing bagi warga tersebut sebesar Rp500 ribu/ bulan.
“Itu bisa digunakan untuk sewa rumah atau tinggal di rumah keluarganya,” ujarnya.
Sementara itu, Pj Bupati Bandung Barat, Arsan Latif mengatakan, ada 47 KK dengan 196 warga terdampak yang harus direlokasi.
Untuk lahan relokasi tersebut target 2 bulan selesai dengan 3 pilihan yakni di lahan perhutani, tanah desa atau juga bisa Pemda membeli lahannya.
“Mengenai lokasi relokasi sedang dirapatkan, walau ada lokasinya kita perlu assessment lagi dengan teman-teman PVMBG,” ujarnya.
Editor: denkur