Desa Nagrak Kecamatan Pacet memiliki 4 kriteria, yang menjadi fokus penilaian dalam Lomba Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) Tingkat Provinsi Jawa Barat. Kriteria yang dimaksud adalah kemasyarakatan, ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup.
DARA – Dari aspek kemasyarakatan, desa itu mengedepankan jiwa gotong royong dan memunculkan jiwa korsa dan kebersamaan. Di desa tersebut telah terbentuk inkubator ekonomi kreatif (ekraf), di mana kemasan produk olahan makanannya sudah bagus.
Menurut Pj. Bupati Bandung Dedi Taufik, perlu support dalam memberdayakan ekraf lokal ini menjadi merchandise, sehingga kehidupan perekonomian masyarakat setempat akan bangkit di masa pandemi. Kemudian untuk aspek sosial budaya, telah terbentuk pengajian yang sudah berjalan sekian tahun.
“Kerjasama antar desa juga sudah berjalan, salah satunya membuat drainase, pembangunan jalan dengan panjang 29 km. Keypoint dalam lomba ini adalah gotongroyong, dan saya menilai Desa Nagrak telah mengangkat gotongroyong menjadi sebuah budaya. Ini menjadi kekuatan untuk mensinergikan program-program desa,” ucap Pj. Bupati di sela acara Penerimaan Tim Assessment Lapangan Pelaksana Terbaik BBGRM Tingkat Provinsi Jawa Barat di GOR Desa Nagrak Kecamatan Pacet, Kamis (22/4/2021).
Sementara dari aspek lingkungan hidup, lanjut Dedi Taufik, Desa Nagrak tidak punya ketergantungan tinggi terhadap hutan. Warga setempat sudah bisa menghidupi diri sendiri dengan resource atau potensi lokal yang ada di desanya.
Seperti ungkapan ‘Leuweung hejo rakyat ngejo’, Desa Nagrak punya komoditas pertanian. Potensi pariwisatanya pun ada. Ia pun menilai, cukup wajar jika Nagrak menjadi juara, karena memiliki keempat kriteria yang dibutuhkan.
“Di nagrak ini, ada beberapa potensi wisata semacam curug dan lain sebagainya. Sebenarnya semua tempat bisa menjadi destinasi, kalau memang ini menjadi ikonnya pariwisata. Sawah saja bisa menjadi wisata selfi sawah. Anak-anak milenial biasa konsumsi nasi, tapi padinya seperti apa kan belum tahu. Ini bisa menjadi edu tourism, dan ada nilai jualnya,” imbuh Dedi Taufik
Dedi berharap apa yang ada di Desa Nagrak bisa di Amati Tiru dan Modifikasi (ATM) kan di desa lain. Selain memiliki fasilitas yang lengkap, masyarakatnya juga selalu tersenyum. Dan menurutnya, senyum merupakan salah satu filosofi gotong royong.
Sementara itu Kepala Bidang Kelembagaan dan Pengembangan Partisipasi Masyarakat DPMD Provinsi Jabar, Lisa Avianty menjelaskan, assessment lapangan merupakan proses yang cukup panjang. Pihaknya sudah dilakukan sejak Maret.
“Saat ini kami lakukan kunjungan lapangan dan wawancara beberapa potensi dari unsur masyarakat. Kami perlu konfirmasi dan pembuktian, karena dari laporan yang kami terima, desa ini mempunyai nilai lebih. Kami coba pastikan bahwa memang yang disampaikan di laporan itu merupakan keberhasilan,” terang Lisa.
Pihaknya ingin mengambil satu inovasi bentuk upaya atau aktivitas yang berbasis gotong royong. Gotong royong merupakan nilai budaya yang sudah ada sejak dahulu, namun memang tersisa sedikit di masyarakat.
“Untuk itu kegiatan BBGRM ini tetap coba kita lakukan. Ada 3 kabupaten yang ikut serta, yaitu Kabupaten Sumedang, Garut dan Kabupaten Bandung. Mudah-mudahan apa yang dilaporkan kepada kami bisa dibuktikan dan Nagrak bisa menjadi juara. Tentu ini perlu waktu, ada proses analisis dan perbandingan dari daerah lain juga,” pungkas Lisa Avianty.***
Editor: denkur