Militer Yordania telah menangkap pemilik Roya TV dan direktur berita stasiun itu setelah menyiarkan segmen berita yang menunjukkan kerumunan pekerja mengeluh tentang ketidakmampuan mereka untuk bekerja karena penguncian (lockdown) virus corona (COVID-19) yang diberlakukan pemerintah.
DARA| JAKARTA- pada Jumat (10/4/2020) Roya TV mengeluarkan pernyataan mengonfirmasi penangkapan direktur berita, Mohamad al-Khalidi, dan Fares Sayegh, manajer umum dan pemilik stasiun televisi itu.
Al-Khalidi juga menjadi pembawa acara bincang-bincang politik populer Nabd al-Balad, atau “denyut nadi kota”.
“Penuntutan publik di pengadilan keamanan negara telah memerintahkan penahanan Sayegh dan al-Khalidi selama 14 hari karena ditayangkannya sebuah segmen berita,” demikian disampaikan dalam pernyataan yang dilansir Al Jazeera, Sabtu (11/4/2020).
“Stasiun TV Roya mendukung upaya pemerintah Yordania di semua krisis sebagai bagian dari media Yordania yang bekerja secara profesional dan patriotik dan menghormati aturan hukum,” tambah pernyataan itu.
Segmen bermasalah yang ditayangkan pada Rabu (8/4/2020), menunjukkan kerumunan orang di daerah miskin Ibu Kota, Amman. Seorang pria yang berbicara di depan kamera mengatakan dia dan yang lainnya tidak lagi dapat bekerja dan memberi makan keluarga mereka karena aturan lockdown pemerintah.
“Aku harus memberi makan keluargaku, apa yang harus aku lakukan sekarang? Haruskah aku terpaksa mencuri atau menjual narkoba? Haruskah kita mulai mengemis di jalanan?” Dia bertanya.
Seorang wanita dalam laporan itu mengatakan situasi keluarganya sangat menyedihkan ketika putranya, yang bekerja di sebuah toko permen, terpaksa tinggal di rumah karena dikunci. Mereka tidak punya roti, nasi, atau gula, katanya, seperti dikutip okezone.
Al Jazeera menghubungi Juru Bicara Pemerintah Yordania, Amjad Adaileh untuk mengomentari penangkapan dua eksekutif televisi itu tetapi dia tidak memberikan tanggapan.
Yordania memberlakukan keadaan darurat pada Maret saat negara itu menggandakan upaya untuk menghentikan penyebaran pandemi virus corona.
Pada Kamis (9/4/2020), pemerintah mengumumkan penguncian sepanjang waktu, 48 jam yang melarang orang untuk bepergian, kecuali untuk pekerja darurat dan medis. Siapa pun yang ditemukan di luar rumah mereka, kecuali dalam keadaan darurat, dapat ditangkap dan menghadapi hukuman penjara satu tahun.
Sekitar 85 persen ekonomi Yordania didorong oleh bisnis kecil dan menengah yang mempekerjakan ratusan ribu pekerja. Sekarang semuanya sudah ditutup.
Raja Yordania Abdullah II menyetujui undang-undang pertahanan nasional pada 17 Maret yang memberi pemerintah kekuatan besar untuk menegakkan keadaan darurat untuk memerangi pandemi.
Dekrit kerajaan itu memungkinkan Perdana Menteri Omar al-Razzaz untuk memberlakukan jam malam, menutup bisnis, dan membatasi kebebasan bergerak.
Ini akan diimplementasikan “dengan cara yang tidak akan menghalangi kebebasan sipil dan politik warga Yordania, dan untuk melindungi kebebasan publik dan kebebasan berbicara,” demikian dinyatakan dekrit itu.
Sejauh ini Yordania telah mencatat 372 kasus Covdi-19, tujuh kematian, dan 161 pasien telah pulih.
Editor : Maji