Hari ini, Kamis 26 Desember 2019, Gerhana Matahari Cincin muncul di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Fenomena alam ini menurut para ahli muncul dua tahun sekali. Inilah sejumlah mitos yang terjadi di zaman dulu terkait munculnya gerhana matahari.
DARA | BANDUNG – Sekadar bacaan ringan saja. Zaman dulu kemunculan fenomena alam, termasuk gerhana matahari sering dikaitkan dengan hal-hal di luar naral manusia, disebut mitos. Tentu, saat ini itu hanya jadi cerita sebelum tidur saja.
Togo dan Benin adalah dua negara di Benua Afrika. Saat muncul gerhana matahari dulu masyarakat di sana menganggap bahwa fenomena itu terjadi karena pertarungan antara matahari dengan bulan.
Namun, ketika matahari dan bulan “bersatu” dan membentuk sebuah cincin, masyarakat Togo dan Benin itu menganggap bahwa matahari dan bulan sedang berdamai dan tak akan saling menyerang kembali.
Lantas di Yunani. Matahari sering dianggap sebagai sosok dewa yang memiliki kesaktian tertentu. Jika gerhana matahari datang, maka pasti ada sesuatu yang terjadi dengan dewa tersebut, kebanyakan beranggapan bahwa ada sosok dewa jahat yang ingin melenyapkan matahari.(IDN Times)
Orang-orang Viking menganggap sepasang serigala langit melahap matahari. Bangsa Viking percaya bahwa gerhana matahari disebabkan oleh serigala. Adalah dewa bernama Fenris Fenrir yang melakukannya. Saat masih berwujud serigala, Fenris Fenrir memakan matahari.
Suku Pomo di barat laut Amerika Serikat memercayai bahwa gerhana matahari terjadi karena ada binatang kolosal yang memakan matahari. Tetua mereka mengaku pernah melihat seekor beruang raksasa yang tengah marah. Akibatnya, beruang itu mengigit matahari.
Kepercayaan mengenai anjing mistis yang menggigit matahari dimiliki oleh masyarakat Korea. Mereka percaya bahwa ada seekor anjing yang sangat ajaib. Saking ajaibnya, ia mampu menggigit serta mencuri matahari dari tempatnya.(blogterungkapsudah)
Editor: denkur | Sumber: IDN Times – bloggterungkapsudah