Indonesia kini memiliki lebih dari 4.500 perguruan tinggi se-Indonesia. Sayangnya, belum semua kampus tersebut memiliki kualitas yang baik dan pendaftar yang mencukupi.
DARA – Prof Mohammad Nuh selaku pakar pendidikan dan komunikasi yang juga Mantan Menteri Pendidikan Nasional ini, menyebut kampus-kampus tersebut sebagai kampus stunting (kuntet).
Dalam Webinar SEVIMA yang dihadiri lebih dari 9.000 Rektor dan Dosen se-Indonesia pada Kamis (08/06) sore, Prof Mohammad Nuh mengajak kampus untuk terus meningkatkan diri dan jumlah mahasiswa. Jangan sampai, kampus ‘hidup enggan mati pun tak mau’, karena masyarakat Indonesia yang butuh berkuliah jumlahnya juga tak sedikit.
“Ada tiga jenis kampus, pertama kampus yang baru didirikan langsung bertemu ajalnya. Kedua, kampus stunting yang hidup enggan mati tak mau. Ketiga, kampus yang berkembang,” ujar pria yang akrab disapa Pak Nuh ini.
“Tentu kita ingin kampus di Indonesia berkembang dan bisa mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan jadi kampus stunting atau biasa orang Jawa bilang kuntet. Karena Angka Partisipasi Kasar (jumlah anak Indonesia yang berkuliah) baru 30%, masih jutaan masyarakat belum berkesempatan kuliah,” imbuhnya.
Tips agar kampus tidak kekurangan mahasiswa
Agar kampus terhindar dari kondisi stunting, Pak Nuh membagikan beberapa tips agar kampus bisa terus meningkatkan kualitas dan memiliki jumlah mahasiswa sesuai target.
1) Bangun image kampus
Agar kampus bisa tumbuh berkembang dibutuhkan sebuah image atau citra yang bagus dari kampus tersebut. Pasalnya, tak jarang ada kampus yang kualitasnya sangat baik tapi belum diketahui masyarakat luas.
Sebaliknya ada pula kampus yang kualitasnya kurang baik tapi populer di masyarakat karena banyak melakukan pencitraan.
“Pencitraan itu baik, namun pencitraan yang bagus harus disertai dengan substansi yang bagus pula. Hal ini juga berlaku bagi kampus. Jadi antara pencitraan agar dikenal masyarakat dan meningkatkan kualitas harus seimbang,” tutur Pak Nuh yang juga pakar komunikasi dalam kapasitasnya sebagai Mantan Menteri Komunikasi dan Mantan Ketua Dewan Pers.
2) Tonjolkan keunikan kampus
Untuk memiliki kampus dengan jumlah mahasiswa yang banyak tak harus menjadi yang terbaik. Namun, bisa dengan memiliki spesialisasi di bidang tertentu.
Pak Nuh mencontohkan kepemimpinannya di Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya yang memiliki kampus swasta bernama Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA). Pada Juni ini saja kapasitas UNUSA sudah terisi 40%. Padahal, kampus-kampus negeri favorit di Surabaya jumlahnya tak sedikit.
“Saya juga mengelola kampus swasta, yaitu di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Untuk berkompetisi, kampus dan mahasiswa tak harus menjadi yang terbaik di semua bidang. Tapi kampus Anda bisa memiliki spesialisasi di bidang tertentu. Kampus juga tidak perlu membeda-bedakan status negeri dan swasta. Karena semua itu ada pasarnya masing-masing,” ujar Pak Nuh.
3) Jangan Berfokus Banyak-Banyakan Mahasiswa
Jumlah mahasiswa yang banyak di suatu kampus memang menjadi harapan banyak pimpinan dan civitas akademika kampus. Banyaknya mahasiswa bisa jadi indikator kebesaran dan popularitas kampus.
Walaupun demikian, Pak Nuh berpesan agar kampus tidak berfokus pada mengejar kuantitas jumlah mahasiswa. Karena kuantitas jumlah, hanyalah salah satu indikator kualitas saja yaitu bersifat input base (masukan).
Kampus juga bisa besar dan populer, jika kualitas lulusannya bagus dan berperan luas di masyarakat. Karena alumni menurut Pak Nuh adalah juru kampanye terbaik. Semakin sukses alumni suatu kampus, maka semakin mudah kampus dikenal masyarakat dan mendapatkan calon mahasiswa yang berkualitas.
“Sehingga untuk mendapatkan hasil yang maksimal, Anda bisa menggunakan outcome base (orientasi luaran). Anda boleh mencari mahasiswa dalam jumlah banyak, namun perlu diingat bahwa meningkatkan kualitas juga diperlukan. Promosi oleh alumni, jauh lebih efektif dibanding baliho,” seru Pak Nuh.
Fokus untuk memudahkan masyarakat
Senada, Syarief Oebaidillah selaku Ketua Forum Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan (Fortadikbud) juga membagikan praktik pemberitaan agar kampus bisa viral dan masuk berita nasional yang dapat mendukung penerimaan mahasiswa baru (PMB) di kampus.
Praktik-praktik tersebut diantaranya menjalin kerjasama dengan wartawan dan dapat menyebarkan informasi seperti beasiswa kuliah gratis, prestasi kampus, kolaborasi dengan Dunia Industri (DUDI) dan penemuan-penemuan baru kampus yang bisa menjadi branding bagus bagi kampus.
Pranatha selaku Product Manager SEVIMA, juga mengajak perguruan tinggi agar memberikan sebuah pelayanan terbaik kepada mahasiswa dan masyarakat, sehingga dapat membuat image yang positif bagi perguruan tinggi. Salah satu layanan tersebut adalah menyederhanakan administrasi pendaftaran mahasiswa dengan pelayanan One Day Service (layanan satu hari).
Sistem Akademik berbasis awan (Siakadcloud) yang telah tersedia di internet, sudah memungkinkan kampus untuk menggelar seluruh administrasi pendaftaran mahasiswa hanya dalam waktu satu hari. Misalnya, pengisian formulir pendaftaran secara online, ujian masuk berbasis komputer, seleksi wawancara melalui video conference, hingga pengumuman secara online.
“Intinya, masyarakat dibuat semudah mungkin untuk memperoleh layanan dari kampus. Baik itu sistem akademik dan pendaftaran mahasiswa baru yang cepat, mudah, dan efisien. Maupun dipermudah untuk memperoleh informasi dan berita-berita baik dari kampus dengan pemberitaan di media massa, layaknya disampaikan Bapak Ketua Forum Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan. Jangan sampai terlalu lama kampus dan mahasiswa, berkutat pada proses administrasi!,” tutur Pranatha dalam rilis yang diterima redaksi, Minggu (12/6/2022).
Editor: denkur