Debit Air di Cianjur Susut 30 Persen

Kamis, 1 Agustus 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: dara.co.id/Purwanda

Foto: dara.co.id/Purwanda

DARA | CIANJUR – Musim kemarau kali ini, berakibat debit air di 70 jaringan irigasi di Kabupaten Cianjur rata-rata menyusut hampir 30%. Bahkan sebagian wilayah sudah kering sama sekali.

“Hasil pantauan tim di lapangan, rata-rata secara akumulasi, debit air di aliran-aliran sungai sudah turun hampir 30%,” tutur Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Cianjur, Wiguno Prihantono, kepada wartawan, Kamis (1/8/2019).

Seperti di irigasi Sungai Cihea. Dalam kondisi normal, debit air di ungai ini 17 ribu liter per detik. Memasuki pekan pertama Juli atau saat kemarau, debit airnya turun drastis menjadi sekitar 4 ribu liter per detik.

Kondisi serupa terjadi di aliran Sungai Leuwi Bokor di Kecamatan Cikalongkulon. Dalam kondisi normal debit airnya di kisaran 15 ribu liter per detik. Sekarang turun menjadi 1.800 liter per detik.

“Tapi ada juga yang masih bagus debitnya. Seperti di Sungai Cijedil. Masih cukup normal,” ujarnya.

Menurut dia, menyusutnya debit air di beberapa jaringan irigasi akan berdampak cukup signifikan terhadap pasokan air ke lahan-lahan pertanian.  Pihaknya bersama Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Mitra Cai di wilayah, memberlakukan gilir giring bagi areal pertanin di sekita irigasi yang debit airnya masih cukup.

“Tapi kalau untuk yang sudah tidak ada debit airnya, cukup sulit melakukan gilir giring. Seperti Irigasi Jebol di Kecamatan Mande. Dari data laporan yang kita terima, sudah tidak ada airnya. Sudah kering,” katanya.

Jaringan irigasi di Kabupaten Cianjur terbagi ke dalam tujuh wilayah pengelolaan. Di Balai Wilayah I Cianjur Kota terdapat 20 jaringan, Balai Wilayah II Cibeber  14 jaringan, Balai Wilayah III Ciranjang 4 jaringan, Balai Wilayah IV Cikalongkulon 15 jaringan, dan di Balai Wilayah V Sukanagara terdapat 5 jaringan. Kemudian di Balai Wilayah VI Pagelaran terdapat 8 titik jaringan irigasi, di Balai Wilayah VII Cidaun t4 t jaringan irigasi.

Semua jaringan irigasi itu berada di bawah pengelolaan Dinas PUPR Kabupaten Cianjur. “Dalam kondisi normal, debit air dari irigasi yang kita kelola bisa mengaliri sekitar 37 ribu lebih hektare lahan sawah di seluruh Kabupaten Cianjur,” ujarnya.

Dinas PUPR, lanjut dia, berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Perkebunan Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur menangani pasokan air ke lahan-lahan pertanian masyarakat. Termasuk berkoordinasi dengan BPBD dan Dinas Permukiman Kawasan Perumahan dan Pertanahan (Kimrumtan).

“Tapi kalau BPBD itu program penanganannya lebih diprioritaskan membantu penyaluran air bersih bagi masyarakat. Kalau Dinas Kimrumtan dan Dinas Pertanian fokusnya membuat sumur-sumur pantek,” tuturnya.

Untuk membantu pasokan air, Dinas PUPR juga memiliki sekitar 60 situ dan embung tersebar di sejumlah lokasi. Namun Wiguno belum mendapat laporan spesifik embung dan situ yang mengalami kekeringan. “Intinya, kami juga mengimbau kepada petani, saat kemarau seperti ini agar beralih menanam palawija daripada tanaman padi,” ujar dia.

Menyusutnya debit air di jaringan-jaringan irigasi cukup berdampak terhadap sektor pertanian, terutama bagi tanaman padi. Selama kemarau pada Juni-Juli, lahan pertanian yang terancam kekeringan mencapai seluas 4.152 hektare dan yang sudah terdampak seluas 3.737 hektare.

Lahan yang yang sudah terdampak itu terdiri atas kekeringan ringan 1.272 hektare, kekeringan sedang 979 hektare, kekeringan berat 889 hektare, dan puso 579 hektare. Sedangkan pada 2017 selama periode Juni-September seluas 360 hektare terdiri atas kekeringan ringan 277 hektare, kekeringan sedang 44 hektare, kekeringan berat 39 hektare, dan puso nihil.

Sementara pada 2018 selama Juni-September seluas 668 hektare terdiri dari kekeringan ringan 606 hektare, kekeringan ringan 47 hektare, kekeringan berat 889 hektare, dan puso nihil. “Dibandingkan 2017 dan 2018, luasan lahan pertanian yang terdampak kekeringan melonjak drastis,” ujar Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Dinas Pertanian Perkebunan Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, Dandan Hendayana.***

Wartawan: Purwanda | Editor: Ayi Kusmawan

 

Berita Terkait

Paripurna Dewan, Kusmana Soroti Pentingnya Menjaga Keseimbangan Ekosistem
Paripurna DPRD Kota Sukabumi Tetapkan RPKLH sebagai Pedoman Utama Jaga Kelestarian Lingkungan
Inilah Berbagai Prestasi yang Diraih Kabupaten Sukabumi Tahun 2024
Kabar Gembira, Pemprov Jabar Tegaskan Tak Ada Kenaikan Pajak Kendaraan dan BBNKB
DP3AKB Jabar Lakukan Pendampingan Korban Rudapaksa di Cidadap Bandung
Tabrakan Beruntun Kembali Terjadi di Tol Cipularang KM 97, Begini Kejadiannya
Pemdaprov Jawa Barat Raih Indeks SPBE 4,73, Predikat Memuaskan
Peningkatan Pembibitan Domba Garut Andalan Ketahan Pangan di Jawa Barat
Berita ini 2 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 6 Januari 2025 - 16:38 WIB

Paripurna Dewan, Kusmana Soroti Pentingnya Menjaga Keseimbangan Ekosistem

Senin, 6 Januari 2025 - 16:28 WIB

Paripurna DPRD Kota Sukabumi Tetapkan RPKLH sebagai Pedoman Utama Jaga Kelestarian Lingkungan

Senin, 6 Januari 2025 - 16:17 WIB

Inilah Berbagai Prestasi yang Diraih Kabupaten Sukabumi Tahun 2024

Minggu, 5 Januari 2025 - 19:47 WIB

Kabar Gembira, Pemprov Jabar Tegaskan Tak Ada Kenaikan Pajak Kendaraan dan BBNKB

Minggu, 5 Januari 2025 - 18:49 WIB

DP3AKB Jabar Lakukan Pendampingan Korban Rudapaksa di Cidadap Bandung

Berita Terbaru