Gabriela Meilan berusia 22 tahun. Ia seorang perawat yang bertugas di Puskesmas Distrik Kiwirok Papua. Ditemukan tewas setelah diserang dan dilecehkan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua, Rabu lalu 15 September 2021.
DARA – Tragedi ini menjadi cacatan kelam dunia kesehatan. Padahal, mereka benar-benar mengabdikan dirinya demi memenuhi pelayanan kesehatan warga disana.
Gabriella Meilani, adalah seroang perawat yang lahir di Besum, Distrik Nimboran, Kabupaten Jayapura, Papua, 31 Mei 1999. Ia putri pasangan Musidi dan Martina Rinding.
Memulai masa sekolahnya di SD Inpres Besum. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 2 Besum dan selanjutnya bersekolah di SMA Taruna Bhakti, Waena, Jayapura.
Setelah itu Ella begitu nama panggilannya, menempuh pendidikan di STIKES Jayapura Papua. Tak lama setelah lulus, Ella bertugas dan mengabdi di Puskesmas Kiriwok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.
Namun, belum lama bertugas, Ella meninggal dunia saat terjadi penyerangan KKB yang juga membakar sejumlah fasilitas pelayanan termasuk puskesmas dimana Ella bertugas.
Tak hanya Gabriela yang mendapat nasib nahas karena ulah brutal KKB. Kapolres Pegunungan Bintang AKBP Cahyo mengatakan, KKB juga menganiaya seorang dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
Seorang dokter kedapatan patah tulang pada lengannya akibat dipukul besi. Lalu, empat nakes berusaha menyelamatkan diri dengan cara melompat ke dalam jurang, sedangkan dua nakes dinyatakan hilang.
Mereka ditikam belati, dipukul besi, kena busur tanah, hingga dilecehkan.
KKB yang diperkirakan berjumlah 50 orang itu melakukan aksi penyerangan di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang (Pegubin), Senin, 13 September 2021.
Tak hanya menganiaya para tenaga kesehatan, teroris KKB juga membakar Puskesmas Kiwirok.
Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Papua, Dr Donal Willem S Aronggear mengatakan pelayanan kesehatan menuju pedalaman Pegunungan Bintang sementara belum bisa dilakukan karena situasi masih genting.
“Program ini banyak, masalah ibu dan anak, jangkauan kesehatan ini harus sampai ke pelosok di Pegunungan Bintang, ibu dan anak ini kan memerlukan suatu perhatian khusus, angka kematian di daerah tersebut juga tinggi, teman-teman ini sedang berjuang menurunkan angka mortalitas ibu dan anak,” kata Dr Donal, seperti dikutip dara.co.id dari suara.com, Jumat (17/9/2021).
Selain itu, program pengobatan katarak yang menjadi konsen tenaga kesehatan di sana juga terganggu.
“Program yang paling penting disini juga masalah mata katarak, banyak masyarakat yang perlu dilakukan tindakan oleh dokter, dan masih banyak lagi, ini hanya beberapa saja,” jelasnya.
IDI juga sudah bersurat kepada Gubernur Papua Lukas Enembe terkait hal ini, sejumlah dokter merasa tidak aman bekerja di Papua.
Selain itu, dia juga meminta seluruh tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, hingga warga Papua untuk ikut terlibat dalam menjaga keselamatan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan di Papua.
IDI menegaskan dalam situasi konflik, nakes seharusnya tidak menjadi target kekerasan dan dilindungi berdasarkan Resolusi PBB dan UU HAM dan UU Penanggulangan Bencana.
“Kejadian serupa tidak boleh lagi terulang sehingga tenaga kesehatan dapat memberikan pelayanan dengan tenang tanpa ada tekanan atau rasa takut,” tegasnya.
Masih dikutip dari suara.com, sebelumnya Polda Papua melaporkan KKB telah menyerang tenaga kesehatan di Puskesmas Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang.
Sebanyak 10 tenaga kesehatan menjadi korban penyerangan, 8 orang berhasil mengamankan diri di pos TNI, sementara dua orang nakes lainnya sempat ditahan oleh KKB.
Setelah dilakukan pencarian oleh TNI-Polri, satu orang berhasil ditemukan dalam keadaan hidup, dan satu lagi dalam kondisi meninggal dunia yaitu Gabriela Meilan (22).
Selain melakukan kekerasan terhadap tenaga kesehatan, KKB Ngalum Kupel pimpinan Lamek Alipki Taplo juga membakar fasilitas umum, mulai dari puskesmas, sekolah, pasar, kantor Bank Papua hingga perumahan guru dan tenaga medis.***
Editor: denkur | dari berbagai sumber