Nilai Keteladanan dalam Diri Pastor Verbraak

Minggu, 6 September 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bagi warga Kota Bandung pasti mengetahui Taman Maluku, lokasi yang kerap dijadikan tempat untuk melepas penat, berolahraga, maupun sekedar cuci mata dengan kawasan hijaunya yang menyejukkan.


DARA| BANDUNG- Masyarakat pun pasti akrab dengan patung yang berada di taman tersebut. Namun, mungkin belum semua tahu siapa sosok yang diabadikan menjadi patung di taman yang berlokasi di kawasan Saparua, Kota Bandung ini. Dia ialah Pastor Henricus Christiaan Verbraak.

Patung itu, menurut sejarawan Kota Bandung, Sudarsono Katam, dalam tulisannya di salah satu media daring, merupakan satu-satunya patung peninggalan zaman kolonial di kota ini.

Taman Maluku dibangun pada tahun 1919 oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan nama Molluken Park. Taman seluas 6.000 meter persegi tersebut berganti nama sekitar 1950-an, saat Presiden Sukarno melarang penggunaan Bahasa Belanda. Sementara, patung Pastor Verbraak dibangun pada 1922. Letaknya berada di sudut utara taman dan menghadap ke Jalan Seram.

Sejatinya, Pastor Verbraak tidak pernah menginjakkan kakinya di Bandung. Konon, sang pastor meninggal dalam kecelakaan pesawat yang jatuh tepat di taman tersebut. Namun, menurut tulisan Ridwan Hutagalung dalam mooibandoeng.com, tidak ada sejarah otentik yang menunjukkan keberadaan Pastor Verbraak di Bandung, termasuk penjelasan mengenai peristiwa kecelakaan tersebut.

Pastor Verbraak wafat karena sakit di Magelang pada 1 Juni 1918, dan dimakamkan di Molukkenplein, Magelang.

Menurut tulisan Ridwan, misionaris kelahiran Rotterdam, 24 Maret 1835 itu pertama kali menginjakkan kakinya di Nusantara pada 29 Juni 1874, di pantai Ukee Lheue Aceh.

Selama 33 tahun di Aceh, Verbraak melaksanakan tugas pengabdiannya sebagai pendeta dengan sangat baik, meskipun berada di tengah peperangan yang berkecamuk. Dia memiliki 2.000 jemaat, 1.5000 di antaranya adalah tentara.

Dia menjadi pendeta di Gereja Hati Kudus Yesus, Banda Aceh. Gereja tersebut merupakan gereja Katolik pertama di sana dan bangunannya masih ada hingga saat ini.

Verbraak juga digambarkan layaknya seorang ayah yang penuh cinta kasih. Konon, dia mencari panti asuhan atau orang tua angkat bagi anak-anak yang terlantar. Seluruh instansi di Aceh kala itu juga diimbau untuk memenuhi kewajiban mereka sebagai hamba Tuhan dengan membantu anak-anak yatim piatu.

Kebaikannya itu membuatnya dihormati dan disegani. Bahkan jika datang ke suatu tempat, satu batalyon dengan 30 bayonet dipimpin oleh seorang sersan akan menyambutnya.

Usai melaksanakan Ekaristi bersama umat Gereja Hati Kudus Yesus Banda Aceh pada 23 Mei 1907, dia pun meninggalkan Aceh. Sementara itu umatnya mendirikan patung Pastor Verbraak di Simpang Pante Pirak dan Peunayong karena terkenang atas pengabdiannya. Patung tersebut berdiri tak jauh dari gerejanya. Namun saat ini, patung tersebut sudah tidak ada lagi.

Dia kemudian menghabiskan masa tuanya di Magelang, kota militer saat itu. Di sana, kesehatan Verbraak terus menurun. Kendati banyak orang yang menawarkan pengobatan, namun hal itu ditolak karena dirinya menganggap telah memiliki hidup yang cukup baik.

Saat wafat pada 1 Juni 1918, ribuan orang turut berkabung. Sang pastor dimakamkan dengan upacara kehormatan militer. Verbraak telah mengabdikan hidupnya untuk kebaikan orang lain.

Motto hidupnya adalah ad majora natus sum, yang berarti saya dilahirkan untuk mengerjakan hal-hal yang besar.

Karena jasa dan pengabdiannya terhadap kemanusiaan, pada 1922 Pemerintah Kota Rotterdam menganugerahkan penghargaan kepada Pastor Verbraak sebagai warga kota teladan. Di tahun yang sama, lembaga The Dutch East Indian Army mengumpulkan dan mendirikan patung Pastor Verbraak yang diresmikan pada 27 Januari 1922.

Patung rancangan seniman Belanda G.J.W. Rueb itu tak hanya menjadi ikon bagi Pastor Verbraak. Lebih jauh, patung itu menjadi simbol kemanusiaan dan cinta kasih yang dimiliki oleh Pastor Verbraak.

Walaupun tak pernah datang ke Bandung, namun nilai-nilai silih asih, silih asah, silih asuh yang juga dimiliki oleh Pastor Verbraak selayaknya diteladani oleh warga kota.

 

Editor : Maji

Berita Terkait

Komplek Kantor Pemkab Bandung di Soreang Kumuh, Ini Kata Wabup Ali Syakieb
Kota Bogor Nyatakan Status Darurat Bencana Hidrometeorologi
Update Banjir di Bekasi, Bupati Instruksikan BPBD dan Dinsos Turun ke Lokasi
Calon Pebisnis Sukses Mari Merapat, Pegadaian GadePreneur 2025 Resmi Dibuka!
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi: Hentikan Alih Fungsi Lahan di Puncak Bogor
Dibaca Usai Tarawih, Berikut Bunyi Doa Kamilin dan Terjemahannya
Berapa Besaran THR di Era Prabowo? Ini Dia Beritanya
Siaran Ramadan di Medsos Harus Edukatif dan Ramah Anak
Berita ini 2 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 5 Maret 2025 - 15:37 WIB

Komplek Kantor Pemkab Bandung di Soreang Kumuh, Ini Kata Wabup Ali Syakieb

Rabu, 5 Maret 2025 - 15:11 WIB

Kota Bogor Nyatakan Status Darurat Bencana Hidrometeorologi

Rabu, 5 Maret 2025 - 12:37 WIB

Update Banjir di Bekasi, Bupati Instruksikan BPBD dan Dinsos Turun ke Lokasi

Selasa, 4 Maret 2025 - 15:04 WIB

Calon Pebisnis Sukses Mari Merapat, Pegadaian GadePreneur 2025 Resmi Dibuka!

Senin, 3 Maret 2025 - 13:41 WIB

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi: Hentikan Alih Fungsi Lahan di Puncak Bogor

Berita Terbaru