Sebagai salah satu pelaku ekonomi kreatif, desainer Denny Wirawan konsisten mengangkat kain Indonesia seperti tenun, songket dan batik melalui lini Denny Wirawan Indonesia’ untuk Ready To Wear Deluxe dan Bali Java miliknya.
DARA – Di tengah pandemi, ia tetap berkreasi demi keberlangsungan hidup bersama para pelaku usaha kreatif lainnya seperti perajin Batik di Jawa Tengah khususnya di Kota Kudus.
Perubahan perilaku masyarakat urban di Jakarta yang menjadi lebih peduli dengan kesehatan lingkungan, memiliki gaya hidup bersih dan sehat serta tampilan yang lebih simple namun tetap aktif, menginspirasi Denny Wirawan untuk mempersembahkan koleksi Niti Senja.
Pagelaran busana Niti Senja ini terselenggara dengan dukungan Bakti Budaya Djarum Foundation, PT Bank
Negara Indonesia (Persero), Tbk, EPA Jewel, Oscar Daniel, dan Harper’s Bazaar Indonesia sebagai official media partner.
Niti Senja adalah koleksi dengan berbagai usulan rancangan mulai dari konsep yang diterjemahkan dalam warna, bentuk, desain, detail dan patternization untuk kaum urban yang aktif dan menginginkan tampilan yang simple dan elegan namun tetap tampil dalam nuansa city look yang essentiality, exploitation, dan exploration (beyond nature).
Essentiality yaitu berpijak pada fungsi dan konsep lokal dalam hal ini batik, khususnya Batik Kudus.
Pada koleksi kali ini, Denny Wirawan menggunakan batik dengan teknik cap yang menjelma menjadi busana yang edgy dan energic. Koleksi ini juga berani melakukan exploitation atau mendobrak kebiasaan dan berani tampil beda dalam mengemas dan menampilkan wastra lokal menjadi look yang lebih casual, kekinian dan wearable.
Dengan melakukan exploration beyond nature, Denny Wirawan membebaskan imajinasinya dimana dengan mengeksplorasi berbagai wastra nasional dan mengolah serta memadupadankan dengan material lain yang menghasilkan karya baru yang berbeda.
“Niti Senja adalah cerminan citra wanita Indonesia yang tangguh, bersahaja, mandiri, dan hidup beragam aktivitas serba cepat dan dinamis namun tak pernah meninggalkan akar budayanya sendiri meskipun menghadapi tantangan yang tak mudah di masa sulit seperti ini,” ujar Denny Wirawan, dalam rilis yang diterima redkasi, Kamis (2/12/2021).
Sebanyak 44 look yang ditampilkan mengusung tema mix & match, back to work dan freedom yang sangat cocok untuk pecinta fashion yang aktif berkarya dengan semangat baru di era pandemi ini.
Berbahan modern cotton, silk, linen, dalam pallete warna hitam, putih, beige, coklat, dan hijau lumut, koleksi ini juga tidak meninggalkan sentuhan kearifan lokal yakni dengan menggunakan batik Kudus cap sebagai benang merah dari koleksi ini.
Pemilihan Batik Kudus yang merupakan warisan budaya dari pesisir Jawa Tengah yang berkembang sejalan dengan perkembangan dengan kerajaan di Jawa ini merupakan bentuk upaya Denny Wirawan dan Bakti Budaya Djarum Foundation untuk membina dan membangkitkan geliat Batik Kudus yang merupakan cikal bakal Batik Pesisiran.
Denny bersama Batik Kudus telah dipresentasikan dalam berbagai pagelaran busana, baik nasional maupun internasional. Diantaranya adalah pagelaran Pasar Malam, Jakarta (2015); Padma, New York Fashion Week (2016); Wedari, Jakarta (2017); Batik For The World, UNESCO, Paris (2018), dan Thai Silk Fashion Week, Bangkok, Thailand (2019).
“Niti Senja ini tampil sebagai sebuah pagelaran busana yang penuh harmoni dengan memadukan Batik Kudus dengan tangan handal Denny Wirawan serta tata panggung yang dibuat dengan memperhatikan protokol kesehatan yang ketat. Kegiatan ini menjadi pendorong bagi para desainer dan pelaku ekonomi kreatif untuk selalu kreatif dalam berinovasi meski di masa pandemi. Industri ekonomi kreatif banyak terhempas namun, hendaknya kita tetap bertahan dan terus berjuang bersama-sama melalui badai pandemi ini,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Keseluruhan penampilan pagelaran busana Niti Senja dipercantik dengan sentuhan koleksi terbaru dari brand aksesori perhiasan asal Indonesia yaitu EPAJEWEL dengan gayanya yang edgy. Tata rias wajah dan rambut oleh Oscar Daniel Profesional Make Up dan koreografi oleh Edwan Handoko melengkapi dan menyempurnakan tampilan keindahan pagelaran busana Niti Senja hari ini.
Pagelaran ini juga digelar dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, diantaranya mewajibkan swab antigen bagi seluruh tamu dan pengisi acara. Seluruh undangan yang hadir juga wajib menggunakan masker, pengecekan suhu, penggunaan desinfektan di seluruh area, pembatasan jumlah tamu dan pengaturan jarak antar kursi yang menjamin kenyamanan dan keamanan para undangan selama acara berlangsung.
Sekilas Tentang Denny Wirawan
Denny Wirawan memulai karir fashionnya dengan bekerja di Prajudi Admodirdjo pada tahun 1992. Dia menandai debut desainernya pada tahun 1993 ketika menjadi Juara II dan Juara Favorit di Lomba Perancang Mode yang diadakan oleh majalah Femina.
Karirnya berkembang pada tahun 1999 saat ia bergabung dengan Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) dan ia selalu berkontribusi pada Trend Show tahunan organisasi tersebut.
Empat tahun kemudian, ia mendirikan studio mode dan mulai membuat koleksinya sendiri dengan label DENNY WIRAWAN.
Desain Denny Wirawan berkarakteristik berbeda dengan yang lain; misterius, provokatif namun penuh dengan keanggunan dan glamor. Satu dari gaya khasnya yang tak pernah ia lupakan adalah memadukan berbagai susunan motif cetak serta hiasan manik-manik yang sangat indah.
Keberadaan dan kontribusinya di dunia fashion Indonesia menjadikannya sebagai satu dari fashion designer
terbaik di Indonesia yang dibuktikan dengan banyaknya penghargaan yang diterimanya baik dari media maupun dari berbagai kegiatan mode di Indonesia.
Sekilas tentang Bakti Budaya Djarum Foundation
Sebagai salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia yang berasal dari Kudus, Jawa Tengah, Indonesia, PT Djarum memiliki komitmen untuk menjadi perusahaan yang turut berperan serta dalam memajukan bangsa dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mempertahankan kelestarian sumber daya alam Indonesia.
Berangkat dari komitmen tersebut, PT Djarum telah melakukan berbagai program dan pemberdayaan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di masyarakat dan lingkungan selama kurun waktu 60 tahun. Pelaksanaan CSR ini dilaksanakan oleh Djarum Foundation yang didirikan sejak 30 April 1986, dengan misi untuk memajukan Indonesia menjadi negara digdaya yang seutuhnya melalui 5 bakti, antara lain Bakti Sosial, Bakti Olahraga, Bakti Lingkungan, Bakti Pendidikan, dan Bakti Budaya.
Semua program dari Djarum Foundation adalah bentuk konsistensi Bakti Pada Negeri, demi terwujudnya kualitas hidup Indonesia di masa depan yang lebih baik dan bermartabat.
Dalam hal Bakti Budaya Djarum Foundation, sejak tahun 1992 konsisten menjaga kelestarian dan kekayaan budaya dengan melakukan pemberdayaan, dan mendukung insan budaya di lebih dari 3.500 kegiatan budaya.
Beberapa tahun terakhir ini, Bakti Budaya Djarum Foundation melakukan inovasi melalui media digital, memberikan informasi mengenai kekayaan dan keragaman budaya Indonesia melalui sebuah situs interaktif yang dapat diakses oleh masyarakat luas melalui www.indonesiakaya.com.
Kemudian membangun dan meluncurkan Galeri Indonesia Kaya di Grand Indonesia, Jakarta pada 10 Oktober 2013. Ini adalah ruang publik pertama dan satu-satunya di Indonesia yang memadukan konsep edukasi dan multimedia digital untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia agar seluruh masyarakat bisa lebih mudah memperoleh akses mendapatkan informasi dan referensi mengenai kebudayaan Indonesia dengan cara yang menyenangkan dan tanpa dipungut biaya.
Bakti Budaya Djarum Foundation bekerja sama dengan Pemerintah Kota Semarang mempersembahkan “Taman Indonesia Kaya” di Semarang sebagai ruang publik yang didedikasikan untuk masyarakat dan dunia seni pertunjukan yang diresmikan pada 10 Oktober 2018, bertepatan dengan ulang tahun Galeri Indonesia Kaya ke-5.
Taman Indonesia Kaya merupakan taman dengan panggung seni pertunjukan terbuka pertama di Jawa Tengah yang memberikan warna baru bagi Kota Semarang dan dapat menjadi rumah bagi para seniman Jawa Tengah yang bisa digunakan untuk berbagai macam kegiatan dan pertunjukan seni budaya secara gratis.
Bakti Budaya Djarum Foundation juga melakukan pemberdayaan masyarakat dan rutin memberikan pelatihan membatik kepada para ibu dan remaja sejak 2011. Hal ini dilatarbelakangi kelangkaan dan penurunan produksi Batik Kudus akibat banyaknya para pembatik yang beralih profesi. Untuk itu, Bakti Budaya Djarum Foundation melakukan pembinaan dalam rangka peningkatan keterampilan dan keahlian membatik kepada masyarakat Kudus agar tetap hadir sebagai warisan bangsa Indonesia dan mampu mengikuti perkembangan jaman tanpa menghilangkan ciri khasnya.
Lebih lanjut informasi mengenai Bakti Budaya Djarum Foundation dapat mengakses www.djarumfoundation.org,
www.indonesiakaya.com.
Editor: denkur