Oleh : Sabri Piliang (Wartawan Senior)
PENULIS, “journalist, dan wartawan baik itu telah berpulang. Sejak mengenalnya, medio Desember 1987, saya memanggilnya “Kang” Farid. Semalam, Allah SWT “menyapanya”, untuk pulang keharibaan, keabadian.
“Kang, apa kabar,”. Tiga minggu lalu, wartawan yang mampu menulis berbagai bidang ini menyapa saya Via telpon. “Ulasan Sepak Bola-nya makin menarik,”Kang Farid memberi apresiasi artikel saya yang dimuat sebuah situs ‘online’ ternama Nasional.
Saya katakan, bahwa ilmu Kang Farid telah saya “curi”, saya imitasi. “Karena itu saya adalah imitator Kang Farid,”Kami pun tertawa renyah.
Terkejut. Sedih, dan menyesal! Berita duka semalam membuat saya menyalahkan diri sendiri. Janji ketemu untuk “ngeteh” di sekitar kawasan Jamika (Kota Bandung), pupus. Alumni IKIP Bandung ini, “pergi” selamanya.
Kang Farid (Farid Ridwan Iskandar), memang telah lama ada gangguan di sekitar jantungnya. Namun, itu hanyalah syariat & ma’rifat. “Setiap yang bernyawa pasti menghadap (kembali). “Parantos Netapan”, kata urang Sunda. Sakit hanyalah sebab, bukan penentu kematian. Takdir adalah janji sang ‘khaliq’.
Kang Farid yang terus setia dengan profesi “journalist”, adalah Penulis dan wartawan yang tak tergoda oleh profesi lain. Dia adalah “journalist” sejati. “Kang Sabpri, kita sama. Profesi ‘journalist’ adalah “isteri ke-2″ kita”.
Almarhum men-‘tamsil’ kan, betapa profesi penulis sering membuat kita lupa dengan Ibunya anak-anak di rumah. Sering membuat kita berhari-hari tidak pulang, karena tugas reportase (liputan Piala Dunia). Atau medan konflik (perang).
Kang Farid (60-an), adalah alumni Majalah Berita Mingguan TEMPO (MBM) Tempo. Bersama dengan 20 awak lainnya, yang disebut “Kelompok 21”, meninggalkan TEMPO 1987, untuk membuat majalah sejenis. Majalah Berita Mingguan EDITOR.
Bersamanya bergabung “journalist” hebat jebolan MBM TEMPO: Marah Sakti Siregar, Eddy Herwanto, Syubah Asa, Surasono, Saur Hutabarat, Yudhistira ANM Massardi, Musthafa Helmi, Farid Gaban.
Saya beruntung. Menyusul bergabung, setelah dua tahun sebagai “copy editor” di sebuah penerbitan terkenal (1985-1987). Serasa mendapat “durian runtuh”, berada di sekitar banyak mentor mumpuni.
Setelah kehilangan Penulis dan Pencipta lagu Yudhistira ANM Massardi beberapa bulan lalu (“Kepada Angin dan Burung”, “Musim Bunga”/Franky & Jane). Kini, Kami kehilangan Farid Ridwan Iskandar.
Innalillahi Wainnaillaihi Rojiun. Selamat jalan, Kang. Insha Allah Husnul Khotimah. Saya sangat kehilangan.