DARA | BOGOR – Kaum ibu Kampung Kebon Kopi Kabupaten Bogor, Jawa Barat bisa membangun bisnis dengan omzet Rp15 juta perbulan. Mereka yang bergabung dalam Craft Sebelas Kopi (CSK) ini memanfaatkan limbah kertas koran hingga menjadi produk kerajinan.
Nama ini berangkat dari bank sampah di RW 11 Kampung Kebon Kopi, Kelurahan Pabuaran Cibinong, Kabupaten Bogor tahun 2016. Ketua Dekranasda Provinsi Jawa Barat, Atalia Praratya Kamil, menyarankan produk unggulan Kabupaten Bogor terus meningkatkan inovasinya baik dari segi kemasan maupun tampilan agar mampu bersaing hingga menembus pasar nasional maupun internasional
“Apa yang dilakukan oleh Craft Sebelas Kopi ini harus kita dorong terus supaya produk-produknya semakin mempunyai daya saing, bercita rasa internasional untuk siap ekspor. Begitupun dengan jenis kerajinan lainnya, bisa diperbaiki kemasannya atau tampilannya agar lebih menarik lagi,” kata Atalia Praratya Kamil, saat meninjau workshop pembuatan craft kertas koran, kemarin.
Ada 30 macam produk yang dibuat Galeri CSK ini, di antaranya yaitu vas bunga, tas, tempat tisu, tempat koran/majalah, tempat jarum pentul sampai souvenir pernikahan. Jumalah ibu-ibu yang bergabung di sana ada 27 orang dengan pendapatan yang mereka peroleh Rp75 ribu rupiah per hari, tergantung pemesanan.
Omzet per bulan hingga saat ini berkisar antara Rp6 juta hingga Rp15 juta. Ia menilai, produk kerajinan yang mereka hasilkan, sangat positif karena selain menjaga lingkungan, dengan mendaur ulang limbah, juga membantu perekonomian warga sekitar dengan memberdayakan ibu-ibu rumah tangga.
“Hal ini sesuai dengan visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan program One Village One Product,” ujarnya.
Perajian Kerajinan Koran, Brian Wiryawan, mengungkapkan terbentuknya galery seni kini berawal saat dia ingin menjadikan sampah kertas koran menjadi sebuah produk yang mempunyai nilai ekonomi. Dengan latar belakang seni dan juga kepedulian terhadap lingkungan sekitar, Brian membentuk Galeri CSK pada 10 Oktober 2017 dengan memberdayakan ibu-ibu di lingkungan RW 11.
“Saya lihat kerajinan jenis ini jarang ada. Dilihat dari prosesnya, koran-koran dilinting, kemudian dianyam. Tentu membutuhkan proses panjang dan harus penuh ketelitian,” kata Brian.
Menurut Brian, potensi untuk ekspor sudah ada, ke Singapura. Tapi kendala yang dihadapi oleh CSK terletak pada proses pengerjaannya karena hanya dilakukan oleh ibu–ibu di sela-sela kegiatan sehari-harinya di rumah masing-masing.
“Mereka belum sanggup untuk memenuhi target produksi untuk ekspor,” keluh dia.
Selain dijual di Galeri CSK, produk-produk ini juga dijual di tempat-tempat wisata sekitar Bogor dan Jakarta seperti SKI Katulampa, Jungle Land, dan Taman Mini Indonesia Indah. Saat ini, CSK juga tengah mengembangkan potensi limbah lainnya untuk dijadikan produk bernilai ekonomi seperti plastik dan juga kaleng-kaleng bekas.***
Editor: Ayi Kusmawan