Fasilitas Irak yang dipakai oleh tentara Amerika Serikat dan pasukan koalisi kembali menjadi target serangan rudal milisi. Tidak ada laporan korban tewas dalam insiden terbaru.
DARA| BANDUNG- Pejabat keamanan Kurdi menuduh milisi Syiah sebagai pelaku serangan rudal di dekat bandara Erbil, ibu kota Kurdistan, pada Rabu (1/10/2020) malam waktu setempat. Namun, tuduhan tersebut dibantah oleh pasukan milisi Syiah Hushd.
Dalam foto dan video amatir yang beredar di media sosial, api yang disebabkan hantaman rudal berkobar di sekitar fasilitas Irak tersebut.
Media Irak melaporkan, para pejabat intelijen telah tiba di Brigade 33 milisi Syiah Hushd di luar kota Mosul pada Jumat (2/10/2020) untuk menentukan apakah mereka menembakkan rudal yang digunakan dalam serangan terbaru, demikian dikutip dari inews.id dari DW.
Serangan itu terjadi beberapa jam setelah Perdana Menteri Irak, Mustafa al-Kadhimi mengatakan kepada diplomat asing bahwa negara itu akan menghentikan serangan rudal.
Al-Kadhimi telah menyampaikan pada diplomat 25 negara bahwa pemerintahannya akan melindungi fasilitas mereka dari serangan milisi.
Dia mengatakan serangan terbaru dilakukan untuk mempermalukan pemerintah dan mencegah ketertiban terhadap milisi yang tidak dapat diatur, serta mengisolasi Irak dari komunitas internasional.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Irak, Fuad Hussein mengatakan AS telah mempertimbangkan untuk menarik kedutaan besarnya dari Baghdad menyusul situasi keamanan yang semakin buruk.
Langkah tersebut diambil setelah media Irak memperingatkan ancaman dari milisi Syiah yang diduga berencana menyerang zona hijau di Baghdad tengah, lokasi kompleks kedutaan besar AS seperti yang pernah terjadi pada Oktober 2019.
Sebelumnya, serangan serupa terjadi pada tengah pekan kemarin yang menewaskan 6 penduduk sipil setelah rudal nyasar ke permukiman warga.
Editor : Maji