Diantara sederet nama perempuan sniper yang menjadi legenda baik di kesatuan militernya maupun di negaranya masing masing, ada satu nama yang muncul dari konflik perang saudara dan menjadi legenda di abad 20. Jifara nama perempuan sniper keturunan Palestina itu.
Nama asli Jifara sangat dirahasiakan sampai saat ini, apalagi saat perang Siria berkecamuk. Yang jelas Jifara sebagai sniper sangat ditakuti oleh pasukan militer pro Bahsar Al Assad.
Satu peluru untuk satu nyawa musuh, sepertinya terjadi secara nyata. Saat senapan laras panjang dibidikan Jifara, peluru tak pernah meleset dari sasaran. Karena itu dia mendapat julukan “Jif penembak runduk yang handal”.
Sebenarnya nama Jifara itu sudah julukan keunggulan dalam dialek Arab. Namun boleh jadi nama tersebut diambil dari nama pemberontak sosialis yang mendapat dukungan kelompok kapitalis melawan pemerintah, Che Guevera. Dalam lidah Arab Syrian menjadi Jifara.
Kerahasian identitas Jifara sangat terjaga. Namun nama Jifara di konflik Siriah menggetarkan pasukan militer pro Bashar Al Assad. Berbagai pancingan, untuk kemunculan Jifara pun dilancarkan pihak musuh. Namun Jifara bak hantu. Datang dan pergi dalam pertempuran kehadiran Jifara sangat tak terdeksi baik oleh musuh maupun pasukan tempatnya berjuang.
Kalau saja wartawan telegraph, tidak mempublikasikan hasil wawancaranya dengan Jifara, keberadaan “hantu” Jifara si penembak runduk handal tak bakal diketahui publik internasional. Jifara, dia perempuan Siriah kelahiran Palestina saat namanya muncul ke permukaan karena publikasi media berusia 36 tahun.
Penampilan keseharian Jifara saat berada di perkampungan siapapun tak bakal menyangka jika dia seorang penembak jitu handal. Berperawakan jangkung, paras cantik, suaranya lembut. Dia sosok perempuan keibuan yang penuh kasih sayang. Jifara diketahui banyak orang sebagai guru Bahasa Inggris.
Berbeda penampuilan saat di medan tempur. Di tempat tersebunyi dengan kostum kamulplase dengan senapan laras panjang Belgium FN Sniper Rifle. Kadang kadang dia mengendap berpatroli di antara puing puing runtuhan bangunan kosong. Di posisi siap tembak, dia sabar menunggu pasukan musuh, atau lensa senapanya berputar mencari sniper pihak lawan. Sasaran ditemukan, masuk dalam jarak tembak, tak bakal meleset, dor…. musuh pun terjengkang.
Dicuplik dari Buku “Jifara” Penulis R Armando