Di balik kelembutan, ternyata perempuan pada kondisi tertentu akan bisa tampil tangguh melebihi ketangguhan kaum lelaki. Di medan tempur misalnya, tidak sedikit kaum perempuan tampil menjadi sosok yang ditakuti lawan dan disegani kawan.
Pada perang dunia ke satu dan perang dunia ke dua, konflik di Jazirah Arab, konflik suriyah, sejumlah perempuan berada di garis depan pertempuran. Mereka memanggul senjata dengan tugas yang sepesifik, menjadi sniper atau penembak jitu.
Ratusan korban berjatuhan akibat tembakan para perempuan sniper di medan tempur Eropa Suriyah, Amerika Latin dan kancah medan tempur lainya. Nama Jifara sangat disegani pasukan Basar Al Assad dalam konflik perang saudara di Suriah. Jifara sebelum memasuki dunia militer adalah guru Bahasa Inggris.
Berbagai latar belakang kehidupan para perempuan yang beraksi di medan tempur tersebut. Ada sebagai pedagang guru, atau bahkan ibu rumah tangga biasa. Berbagai sebab pula yang mendorong mereka masuk di dunia militer dan dikirim ke garis pertempuran terdepan. Para perempuan di Perang Dunia II misalnya.
Rusia pada Perang Dunia II banyak menurunkan perempuan ke berbagai medan tempur. Mereka dinyatakan berhasil dalam menjalankan misinya sebagai penembak jitu. Bahkan Rusia membentuk satu devisi penembak jitu yang beranggotakan perempuan. Keberadaan Devisi Sniper Perempuan ini memberikan dukungan penuh kepada kaum gerilyawan Rusia. Dianggap berhasil devisi ini mendapat kehormatan dari Pemerintah Rusia dengan memberikan The Order of Glory dan The Order of the Red Star.
Inilah beberapa nama sniper andalan Rusia di Perang Dunia II:
- Lyudnila Pavliechenko lahir di Belaya Tserkov Ukraina pada 12 Juli 1916. Dia dan keluarganya pindah ke Kiev saat berusia 14 tahun. Awalnya dia bergabung dengan klub olah raga menembak saat berkerja di sebuah penggiling di Pabrik Kiev Arsenal.
- Saat berusia 24 tahun Juni 1941 Pavlichenko menjadi mahasiswi di Kiev University. Berbarengan dengan invasi Jerman ke Uni Sovyet, di bergabung dengan pasukan infantri dan ditugaskan di Divisi Rifle 25 Tentara Merah.
- Dalam sebuah pertempuran melawan Jerman, Komndan Divisi Rifle 25 tertembak dan tidak mau meninggalkan pasukan hingga tewas. Letnan Pavliechenko ambil kendali komando. Dia sangat disegani anggotanya dan ditakuti musuh di perang Moldavia dan Odessa. Ketika Jerman bisa menguasai Odessa, pasukan Pavliechenko ditarik ke Savastopol di Semenanjung Krime.
- Di sini dia bersama pasukanya bertempur runduk selama delapan bulan. Total musuh yang ditembaknya selama Perang Dunia II sebanyak 309, termasuk didalamnya 36 sniper Jerman.
Anggota Sniper Rifle 25 Tentara Merah Rusia lainya adalah Libo Rogo. Libo Rogo yang indentitas dan asal usul keluarganya sangat dirahasiakan ini bertempur di garis depan bersama perempuan sniper Rusia lainya. Dia menenbak jitu sedikitnya 242 pasukan Jerman selama Perang Dunia II.
Selain kedua nama yang mencuat seuasai Perang Dunia II sebagai perempuan sniper handal di Divisi Rifle Tentara Merah ini, ada nama lain yaitu Olga Vasilyeva. Dia memulai karir sebagai sniper pada tahun 1943, beberapa saat menjelang Perang Dunia berakhir. Bidikan tepat yang memuntahkan peluru dari laras senapan panjangnya menewaskan sebanyak 185 orang musuh. Seuasi Perang Dunia II Olga kembali ke kampung halamanya di Voronech. Meski dia tidak melanjutkan karirnya di dunia milter namun Olga mendapat penghargaan The Order Patriotic War dan The Order of The Red Star dari pemerintah Rusia. ***