DARA | – Jambu kristal atau disebutkan jambu batu, bagi masyrakat Jawa Barat khususnya dan Pulau Jawa umumnya sudah tak asing pada buah jenis ini. Bahkan jambu kristal kini bisa didapat pula di daerah Lampung, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Bengkulu dan NTB.
Jambu kristal memiliki keunggulan dibanding jambu batu jenis lainya. Dagingnya bertekstur lembut dan renyah. Aromanya pun khas dan dapat merangsang air liur untuk segera mencicipinya.
“Nyaris tak berbiji manis menyerupai rasa karakteristik beberapa buah impor seperti apel dan pir,” ujar Plt Direktur Buah dan Florokultura Sri Wijayanti Yusuf.
Melihat fisik dan rasa buah jambu kristal, cukup alasan jika pada suatu saat nanti buah ini bisa menggantikan kebutuhan buah buahan, terutama buah impor seperti pir dan apel. “Kandungan mineral dan zat lainya serta nutrisi buah jambu kristal cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Buah lokal yang memiliki kandungan kebutuhan tubuh manusia yang cukup.
Dalam dua tahun terakhir ini jambu kristal mulai terlihat di pasaran. Baik di pasar tradisional maupun pasar modern. Ini karena pemerintah menjadikan jambu kristal sebagai salah satu komoditas buah unggulan nasional.
Kementerian Pertanian dalam sejak 2012 menggulirkan berbagai program untuk mendorong ketersediaan produksi jambu kristal. Paket bantuan tersebut mulai dari bantuan benih, saprodi, rumah kemasan, alat pascapanen dan lainnya. Bahkan Kementan pun mengembangkan kawasan jambu kristal seluas 745 hektare tersebar di berbagai daerah.
Sejalan dengan itu Ditjen Hortikultura, menggelar Sosialisasi Penerapan Teknologi Budidaya Jambu Kristal dengan mengundang petani dan petugas dari beberapa sentra produksi. Ini semata untuk meningkatkan pengetahuan masayarakat tani yang berminat untuk mengambangkan jambu kristal ini.
Disebutkan Yanti, melalui kegiatan pengembangan kawasan, jambu kristal di Indonesia semakin meluas sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi petani. “Kami mengundang narasumber yang memberikan informasi mulai dari teknologi budidaya dan pascapanen yang disampaikan oleh Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) – IPB hingga peluang pasar baik lokal, pasar modern maupun ekspor yang disampaikan oleh eksportir dan pelaku usaha dari Kabupaten Bogor,” katanya.
Salah seorang petani yang kini menikmati buah kerja kerasnya mengembangkan jambu kristal adalah Fajar Syaparuddin. Dia pelaku usaha tani di Bogor Jawa Barat. Lahan seluas 1000 meter meter persegi ditanami jambu kristal.
Upaya pembudidayaan ini dia lakukan dengan tekun. Hasil kesabaran dan ketekunanya itu dia bisa mengantongi uang Rp105 juta perminggu. Pria yang biasa dipanggil Fajar ini menjelaskan bahwa modal awal yang dikeluarkan untuk usaha ini adalah 4 Juta, digunakan membeli benih, pupuk dan peralatan hingga mengolah lahan.
Fajar menjelaskan bahwa kunci sukses dalam budidaya jambu kristal adalah perawatan yang intensif dengan cara pemberian pupuk yang rutin, pemangkasan, sanitasi kebun dan pengendalian OPT. Secara genetik, jambu kristal akan lebih cepat tumbuh dibandingkan jambu biji lainnya, tanaman yang berusia 5-6 bulan sudah mampu menghasilkan buah. “Salah satu kelebihan tanaman ini adalah dapat dipanen sepanjang tahun dan tidak tergantung musim, namun panen raya bisa dilakukan 3 kali dalam setahun,” ungkap Fajar.
Jambu kristal ini dijual dengan harga Rp 20 – 25 ribu per kg dan pemasarannya meliputi pasar-pasar lokal di daerah Bogor. Setelah usahanya mulai menanjak dari sisi produksi dan mutu, Fajar mulai melebarkan pemasarannya hingga ke suplier supermarket hingga ke beberapa outlet buah di Jakarta. “Tiap minggunya mampu menjual 5 kuintal dari 400 pohon.
“ Untuk memenuhi permintaan pasar, saya bekerjasama dengan tujuh orang petani dengan total luas lahan 5 hektare dan sistem pembayaran yang diterapkan adalah tunai,” tambahnya.
Bahan: wahanaindonesia.com