Pemangkasan Cuti Akhir Tahun Dikeluhkan Pengusaha Wisata, Begini Curhatannya

Rabu, 2 Desember 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Rancabali Tea Resost (Foto: denkur/dara.co.id)

Rancabali Tea Resost (Foto: denkur/dara.co.id)

Pemerintah pusat memangkas cuti bersama akhir tahun 2020 dari enam hari jadi tiga hari. Pelaku usaha pariwisata pun bernapas sesak. Apa sebabnya?


DARA | BANDUNG – Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bandung, Use Juhaya mengatakan, libur panjang akhir tahun menjadi harapan besar bagi hotel dan restoran.

Bahkan, dimasa-masa pandemi Covid-19, libur panjang akhir tahun diharapkan jadi oasis untuk bisnis hotel dan restoran.

“Sampai sekarang masih kerepotan, belum untung, masih tekor terus. Ada harapan di tahun baru,” ujar Use saat dihubungi via telepon, Rabu (2/12/2020).

Use tidak setuju jika libur panjang akhir tahun dipangkas. Menurutnya, klaster-klaster atau penambahan jumlah orang yang terpapar Covid-19, bukan terjadi di hotel atau restoran.

Apalagi, hotel dan restoran telah menerapkan protokol kesehatan yang ketat, dan juga ada pengawasan yang dilakukan oleh dinas terkait.

“Tidak setuju jika libur akhir tahun dipangkas, karena itu harapan, kami sudah merencanakan apa-apa. Setidaknya kita bisa tarik napas, bayar-bayar apa, karena saya sering mendengar keluhan dari anggota kami, seperti terkendala bayar pajak, listrik, ya untuk bayar-bayar seperti itu,” tutur Use.

Use menegaskan, setiap ada event atau long weekend, pemerintah dan PHRI selalu mengingatkan kepada hotel dan restoran untuk protokol kesehatannya. Memang, sejak awal utamanya objek-objek wisata favorit, sudah dengan ketat sekali menerapkan protokol kesehatan.

“Bahkan waktu libur panjang kemarin itu, ada beberapa petugas yang memang khusus untuk meninjau aktivitas ketika di long weekend, baik hotel, restoran maupun di objek wisata,” katanya.

Kata Use, akibat pandemi Covid-19 ini membuat objek wisata yang pertama jatuh dan yang terakhir pulih. Saat ini, kondisi hotel dan restoran masih jauh dari kata normal. Bahkan, okupansi di beberapa hotel hanya 20 persen. Hal tersebut tentu tidak menguntungkan lagi.

“Anggota PHRI yang aktif itu sekitar 100. Memang untuk hotel dan restoran tidak banyak. Untuk jumlah semua hotel, vila, penginapan di Kabupaten Bandung itu sekitar 70 an, yang banyak restoran yaitu sekitar 6 ribu termasuk restoran yang kecil-kecil,” pungkas Use.

Berbeda dengan ketua PHRI, Pengelola objek wisata Glamping Lakeside, Marcel mengaku setuju dengan kebijakan pemangkasan libur panjang akhir tahun jika memang alasannya karena ada penambahan jumlah orang yang terpapar Covid-19.

“Kalau menurut saya, daripada nanti benar-benar sakit, lebih baik mengobati sekarang. Buat saya ada ruginya, cuman kan daripada nanti imbasnya, engga kebayang kalau Covid 19 ini sangat tinggi, maka tidak terbayang akan tutupnya seperti apa, akan lebih repot,” ujar Marcel saat dihubungi via telepon.

Marcel mengungkapkan di objek wisata Glamping Lakeside, untuk libur akhir tahun, sudah ada wisatawan yang booking. Namun, tetap ada pembatasan dan penjagaan protokol kesehatan yang benar-benar diutamakan.

“Kemarin, kita ada sertifikasi dari CHSE dari Kemenpar, kita sudah di cek dan sangat memuaskan, arena fasilitas itu ada semua, sudah terpenuhi ruangan kesehatan, setiap malam selalu dilakukan penyemprotan disinfektan, setiap penggantian tamu selalu disemprot disinfektan. Kita berusaha dan tidak mau kecolongan,” tutup Marcel.

Sejalan dengan Marcel, Penanggung Jawab Unit Rancabali dan Malabar Agro Wisata N8, Sergieus Windhia mengatakan pihaknya harus sejalan dan mematuhi aturan pemerintah terkait penanggulangan covid-19, meski tidak bisa dipungkiri pemangkasan libur dan cuti bersama akhir tahun ini akan cukup berdampak terhadap okupansi.

“Pastinya akan sangat berdampak terhadap okupansi, dimana seharusnya akhir tahun menjadi sumber pendapatan terbesar, dengan banyaknya tamu yang menginap baik dari area Jawa Barat maupun DKI. Namun, sekarang kita pun harus turut serta dengan pemerintah untuk menanggulangi covid-19,” ujarnya melalui pesan singkat.

Ia berharap situasi akan segera membaik dan masa sulit akibat pandemi covid-19 ini cepat berakhir agar semua kembali normal, pasalnya saat ini kondisi usaha di sektor pariwisata sendiri masih fluktuatif. Terlebih, ada beberapa calon tamu yang membatalkan reservasi di akhir tahun nanti.

“Ada beberapa yang cancel, dari tamunya sendiri yang membatalkan. Kalau kita sih, usaha pariwisata tetap buka normal karena belum ada arahan apa-apa dari pemerintah,” pungkasnya.***

Editor: denkur

Berita Terkait

Diduga Gelapkan Dana Desa, Mantan Sekdes di Sukabumi Diciduk Polisi
Nataru, Wisatawan Bandung Barat Diprediksi Naik Sekitar 15 Persen
Meski Dikalahkan Vietnam, Erick Thohir Memuji Mental Pemain Muda Indonesia
Banjir Rob Subang Merendam Empat Desa, Bey Temui Warga Terdampak
Pelantikan 11 Bupati dan Walikota di Jabar Berpotensi Mundur, Ini Penyebabnya
Alfath Alima-Maheswara dari Kota Bogor Juara Moka Jabar 2024
Juara Mojang Jajaka, Benny Bachtiar: Mereka Jadi Duta Pariwisata dan Budaya Jabar
Prakiraan Cuaca Bandung, Senin 16 Desember 2024
Berita ini 2 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 16 Desember 2024 - 17:13 WIB

Diduga Gelapkan Dana Desa, Mantan Sekdes di Sukabumi Diciduk Polisi

Senin, 16 Desember 2024 - 16:16 WIB

Nataru, Wisatawan Bandung Barat Diprediksi Naik Sekitar 15 Persen

Senin, 16 Desember 2024 - 11:52 WIB

Banjir Rob Subang Merendam Empat Desa, Bey Temui Warga Terdampak

Senin, 16 Desember 2024 - 11:36 WIB

Pelantikan 11 Bupati dan Walikota di Jabar Berpotensi Mundur, Ini Penyebabnya

Senin, 16 Desember 2024 - 11:03 WIB

Alfath Alima-Maheswara dari Kota Bogor Juara Moka Jabar 2024

Berita Terbaru

Kepala Dimas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) KBB, Panji Hernawan

BANDUNG UPDATE

Nataru, Wisatawan Bandung Barat Diprediksi Naik Sekitar 15 Persen

Senin, 16 Des 2024 - 16:16 WIB