“Kalau kopi sudah diolah bisa disimpan lama dengan berupa greenbeans, asal disimpannya dengan baik, nanti bisa dapat untung besar kalau harga sudah pulih,” ujar Tisna Umaran.
DARA | BANDUNG – Pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup terdampak oleh pandemi Covid-19 terutama para petani kopi dan sayuran di Kabupaten Bandung.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Tisna Umaran mengatakan, pemasaran produk kopi jelas terganggu apalagi ekspornya. Karena pada saat melakukan ekspor, banyak produk yang tertahan atau tidak sampai ke negera tujuan. Padahal dari Juni sampai September merupakan waktu panen kopi. Tetapi yang menjadi masalah adalah pembelinya tidak ada, karena keterbatasan armada dan uang.
Tisna menjelaskan, harga kopi saat ini mengalami penurunan, bahkan ceri kopi hanya dijual mulai Rp 5-7 ribu. Tetapi, dilihat dari segi bisnis, sekarang merupakan saat yang tepat karena kopi adalah produk yang bisa disimpan lama, sehingga jika sekarang kita membeli banyak kopi, maka pada saat harga kopi sudah naik kembali bisa memiliki banyak keuntungan.
“Kalau kopi sudah diolah bisa disimpan lama dengan berupa greenbeans, asal disimpannya dengan baik, nanti bisa dapat untung besar kalau harga sudah pulih,” ujar Tisna kepada dara.co.id saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (22/6/2020).
Menurut Tisna, yang paling terdampak justru para petani sayuran. Karena sayuran tak bisa disimpan lama sehingga mereka banyak merugi ketika tidak ada pasar yang bisa menampung hasil pertaniannya. Namun, ia mengaku saat ini pihaknya belum melakukan pengujian terkait sejauh mana kerugian yang dialami petani.
Awalnya, lanjut Tisna, orientasi petani jelas yaitu pada saat lebaran harga akan bagus. Tetapi, karena adanya wabah corona, tahun ini justru memberikan dampak yang cukup signifikan bagi mereka. Padahal, secara vegetasi, sektor pertanian didukung dengan aspek yang baik, seperti iklim yang bagus dan hama yang relatif tidak ada yang aneh. “Intinya secara supply produksi itu optimal, tetapi tidak dengan pemasaran,” katanya.
Menurutnya, dalam dunia holtikultura ada rumus 5 dan 2. Artinya, jika petani lima kali menanam tapi mengalami rugi dua kali, maka itu masih biasa saja. Jadi, saat ini para petani sedang berlomba-lomba untuk bisa survive, dan tetap semangat menanam.
“Para petani ini masih punya daya tahan hingga musim tanam selanjutnya. Adapun untuk dananya, petani bisa menggunakan dana yang berasal dari keuntungan sebelumnya atau melakukan peminjaman kepada pemilik modal,” terangnya.
Tisna menambahkan, harga barang yang ada di Kabupaten Bandung relatif lebih baik dibandingkan dengan wilayah Garut dan Majalengka. Sebab, pemasaran online sudah mulai berkembang. Tetapi, yang jadi kendala adalah tidak mudah untuk merubah perilaku konsumen dan prosedur dari offline ke online. “Sistem menekan selisih harga akan mendorong cepatnya perilaku konsumen,” ucapnya.***
Editor: Muhammad Zein