Pembangunan di Kabupaten Bandung terkesan mengejar waktu dan bukan memprioritaskan kualitas. Sejumlah lokasi masih terlihat rawan banjir karena infrastrukturnya tidak bagus. Ini perlukan dipikirkan.
DARA | BANDUNG – Konsultan Tata Ruang, A Karyono, BAE, mengatakan, pembangunan di Kabupaten Bandung belum maksimal. Masih pengabaian kualitas, kuantitas, dan prioritas.
Mestinya, kata Karyono, sebelum dikerjakan ada analisa tentang wilayah, tanah, dan kebutuhan. “Beberapa bulan kemudian hasil pekerjaan itu akan kelihatan sejauhmana kekuatannya. Seperti jalan raya dan drainase, itu harus ada perhitungannya dengan bercermin kepada hukum tata ruang,” ujarnya saat ditemui di kediamannya, di Baleendah, Selasa (7/1/2020).
Karyono menyebutkan beberapa tempat yang perlu diperhatikan diantaranya, Jalan Soreang-Cipatik tepat diturunan Jembatan Leuwikuray. Di situ saat hujan lebat selokannya tidak mampu menampung debit air, sehingga meluap dan bisa mengakibatkan kecelakaan bagi pengendara motor.
Di depan Stadion Si Jalak Harupat, lanjutnya, antara jalan raya dan drainase terlihat sejajar tertutup air. Ini membuktikan perlu dilakukan pembangunan baru bukan sekedar perbaikan atau pembersihan berupa pengangkatan sedimen dan sampah.
Selanjutnya tepat di Gedung Wisma Haji banjir setinggi lutut orang dewasa menjadi langganan di setiap musim hujan. Hingga saat ini belum pernah dilakukan rekayasa teknis untuk penanggulangannya.
“Sebenarnya Pemerintah Kabupaten Bandung sanggup untuk melakukan setiap program kerja secara maksimal. Namun, dalam pelaksananya diindikasikan lebih cenderung mengejar waktu bukan meningkatkan kualitas,” ujarnya.
Jadi dikatakan Karyono, kalimat human rrror itu lebih bagus dikemas dalam bentuk global verbal, sehingga tidak semua beban tanggung jawab kepada masyarakat.***
Wartawan: Fattah | Editor: denkur