Pelaksanaan pembelajaran dengan tatap muka, masih memerlukan banyak pertimbangan dari berbagai sisi, kata Wakil Bupati Garut, dr Helmi Budiman.
DARA – “Kami sebenarnya sudah ada beberapa pertimbangan, termasuk masukan-masukan dari MKKS, tinggal nanti melakukan rapat dengan seluruh gugus tugas. Di dinas pendidikan juga sudah melakukan konsolidasi,” ujarnya, Rabu (6/1//2020).
Menurut Helmi, pada dasarnya ada beberapa pertimbangan-pertimbangan, yaitu dilihat dulu kondisi daerahnya. Kalau zona merah, ujar Helmi, jelas itu tidak boleh, karena itu perintah dari menteri.
“Kalau orange, kuning dan hijau, itu boleh,” ujarnya.
Kemudian, lanjut Helmi, dilihat dari usia siswa sekolah. Ia menyebut, faktor resikonya dimulai dari yang paling kecil, tingkat TK, SD, SMP, SMA atau SMK. Karena yang dianggap sudah mempunyai kekebalan tentu yang lebih padu pada usia SMA atau SMK.
Selanjutnya, dilihat dari sisi pembelajarannya, karena pembelajaran yang sulit dilakukan dengan jarak jauh adalah praktikum, dan yang paling banyak melakukan ini adalah SMK. Makanya, SMK ini yang menjadi prioritas, dan keempat dilihat dari sisi fasilitas.
“On the spot kita nanti ke lapangan, melihat fasilitas yang sudah dimiliki oleh sekolah. Kalau prioritas kita nanti tingkat SLTA, kita akan lihat siap tidak sekolahnya, bagaimana penggunaan masker, jaga jarak atau social distancingnya dan sarana cuci tangan termasu persediaan airnya,” katanya.
Selain itu, tambah Helmi, bagaimana dengan kesiapan para guru, karena dibeberapa tempat pihaknya sudah komunikasi dengan beberapa daerah dan ternyata ada daerah yang pernah membuka namun kemudian menutup lagi.
“Salah satunya karena ada penularan melalui guru. Makanya harus ada kesiapan juga untuk guru diadakan pemeriksanan secara berkala,” ujarnya.***
Editor: denkur