DARA | CIANJUR – Pemkab Cianjur, Jawa Barat menerapkan Peraturan Bupati (Perbup) tentang Satu Rumah Satu Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Perbup ini merupakan upaya untuk mencegah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah itu.
Perbup tersebut, lebih ke pemberdayaan masyarakat. Dalam satu rumah ada satu orang yang ditunjuk untuk menjadi jumantik.
“Pemkab sudah memiliki Perbup tentang Jumantik, ini menjadi satu di antara upaya pemerintah daerah dalam menangani dan mencegah kasus DBD,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, dr Neneng Efa Fatimah, kepada dara.co.id, Jumat (1/2/2019).
Kasus DBD di Kabupaten Cianjur, lanjut Efa, telah menelan korban jiwa. Dua orang warga masing-masing berasal dari Desa Sukamahi Kecamatan Sukaresmi dan Kelurahan Sayang Kecamatan Cianjur meninggal dunia.
Namun, lanjut di, Pemkab Cianjur belum menetapkan status kejadian luar biasa (KLB). Alasannya, jumlah kasus DBD selama Januari 2019 tidak mencapai dua kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya.
“Selama Desember 2018 terdapat 60 kasus DBD. Mulai terpantau ada peningkatan sejak Agustus. Untuk Januari 2019 terdapat 90 kasus dan dua di antaranya meninggal dunia,” ujarnya.
Berbagai upaya sudah dilakukan Dinkes Kabupaten Cianjur menangkal makin merebaknya wabah DBD. Di antaranya menyebarkan surat ke semua puskesmas agar lebih memerhatikan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan melaksanakan 3M plus.
“Di setiap rumah juga biasakan menebar larvasida (abate) dengan menaburkannya ke bak-bak air,” tuturnya.
Upaya lain menangkal berkembangbiaknya jentik bisa dilakukan dengan menanam tanaman pencegah nyamuk. Misalnya tanaman pohon salam.
“Ada lima jenis tanaman yang bisa mencegah datangnya nyamuk. Itu bisa dimanfaatkan,” katanya.
Plt Bupati Cianjur, Herman Suherman, mengaku sudah memerintahkan Dinkes dan semua puskesmas mengintensifkan sosialisasi pentingnya menjaga kesehatan lingkungan. Kondisi itu tak terlepas masih ditemukannya kebiasaan masyarakat yang membiarkan genangan-genangan air.
“Karena itu Dinkes dan puskesmas harus lebih menggiatkan sosialisasi kepada masyarakat. Tadi hasil pemantauan di lapangan, ada di rumah warga tersimpan sepatu yang digenangi air. Ternyata itu jadi sumber berkembangbiaknya jentik nyamuk,” ujar Herman.
Herman berharap dengan intensifnya sosialisasi menjaga kebersihan lingkungan, maka ke depan berbagai potensi ancaman penyakit bisa ditangkal lebih dini. Minimalnya mereka bisa menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.
“Hal-hal ini perlu dilakukan. Apalagi dengan curah hujan yang cukup tinggi saat ini, potensi ancaman penyakit juga relatif tinggi,” katanya.***
Wartawan: Purwanda