DARA | BANDUNG – Pemkot Bandung terus mendorong kaum difabel mandiri. Karena itu pihaknya akan membantu legalitas usaha mereka.
Terlebih, saat ini Kota Bandung telah memiliki Komunitas Enterpreneur Disabilitas Netra (EDN). Komunitas ini mendorong para kaum disabilitas untuk lebih memacu lagi semangat dalam hidup dalam wirausaha.
“Pemkot Bandung berusaha mendorong, dengan membantu soal legalitas dulu. Kalau punya legalitas, nantinya bisa ditingkatkan pelatihan supaya mereka juga bisa semakin paham soal pemasaran dan sebagainya,” kata Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana, saat menerima audiensi Enterpreneur Disabilitas Netra (EDN), di Balai Kota Bandung, kemarin.
“Mereka punya semangat mengubah paradigma dari tunanetra biasa berkembang menjadi start-up, yaitu mengembangkan bisnis online,” lanjutnya.
Menurut dia, pelatihan ataupun magang menjadi hal yang utama untuk mengemban potensi difabel dalam menjalankan wirausaha. “Pelatihan juga telah kita gelar. Dinsosnangkis (Dinas Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan) mengadakan pelatihan bagi disabilitas. Juga Disnaker (Dinas Tenaga Kerja) mengadakan pelatihan.”
Yana mengatakan, Pemkot Bandung memfasilitasi difabel dengan infrasturktur yang ramah. Ia mencontohkan seperti trotoar yang ramah untuk disabilitas.
Sementara itu, Ketua EDN, Hadi Hidayat (26), menyampaikan, kegiatan usaha tersebut fokus transaksi online. “Kita fasilitasi rekan-rekan tunanetra, dengan fokus terhadap jual beli online.”
Komunitas yang baru lahir satu bulan itu, sudah memiliki anggota sekitar 100 orang yang mencangkup seluruh Indonesia.
Menurut Hadi, lahirnya komunitas itu terbentuk karena lapangan pekerjaan yang minim bagi para disabilitas. Maka dari itu, ia pun berani untuk menggagas dan merangkul kaum disabilitas agar lebih mandiri dalam usaha.
“Awalnya terbentuk itu karena saya melihat bahwa lapangan pekerjaan untuk disabilitas cukup minim, bukan tidak ada. Maka kami buat komunitas yang fokus untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa tunanetra bisa bekerja asalkan memiliki akses yang baik,” kata Hadi.
Menurut dia, rekan-rekan tunanetra banyak menjual produk fesyen. Harganya juga telah menyesuaikan dengan harga pasaran. “Saya berharap, Pemkot Bandung juga bisa membuat aplikasi untuk kaum difabel.”***
Editot: Ayi Kusmawan