Kota Bandung turun ke Level 3 dari Level 4 PPKM. Soal pembelajaran tatap muka atau PTM, meski sudah dibolehkan oleh mendikbud tapi Pemkot Bandung memutuskan untuk menundanya.
DARA – “Kita harus lihat masalah pendidikan di masa pandemi, di mana terjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) dalam jangka panjang ditengah menurunnya kemampuan ekonomi,” ujar anggota Komisi D DPRD Kota Bandung, Yoel Yosaphat, Jumat (28/8/2021).
Menurutnya, tidak semua siswa mempunyai kemampuan dan peralatan setara untuk PJJ. Ada banyak yang mengalami keterbatasan kuota internet, juga perangkat gawai yang terbatas.
Di sisi guru, juga tidak semua mempunyai kemampuan mengajar dan memerhatikan peserta didik secara jarak jauh.
“Ini beda dari pembelajaran dalam kelas,” imbuhnya.
Karena masalah ini, maka penyampaian bahan ajar tidak maksimal. Bahkan, untuk yang minimal pun tidak tercapai. Padahal penyampaian bahan ajar sesuai kurikulum dirancang saling terkait.
“Kegagalan siswa memahami bahan di kelas bawah akan berdampak kesulitan memahami bahan lebih lanjut di kelas atasnya. Akibatnya dapat membatasi kemampuan akademis para peserta didik,” ujarnya.
Yoel yang juga Ketua DPD Partai Solidaritas Indonesia Kota Bandung memahami kekhawatiran para guru tentang keamanan kesehatan. Dia juga telah mendengar keberatan dari FAGI tentang PTM di Kota Bandung. Namun, semua perlu memahami kepentingan peserta didik.
“Di sini terjadi konflik antara menjaga kesehatan dengan menjaga tingkat pendidikan. Jika kita hanya melihat sisi kesehatan, ini berbahaya bagi kelangsungan akademik siswa. Karena itu, jika kondisi sudah cukup aman, sebaiknya PTM segera dilakukan,” katanya.
Ini pun langsung membawa beban berat penyesuaian bahan kepada peserta didik. Guru perlu mempersiapkan murid dengan kembali melakukan PTM, supaya tidak ketinggalan bahan ajar dan mengalami learning loss terlalu besar.
“Penundaan PTM terlalu lama juga kurang baik, kasihan para peserta didik yang terbatas kondisinya,” pungkasnya.***
Editor: denkur