Pendapatan BPR Kerta Raharja tahun 2020 menurun akibat pandemi Covid-19, kata Bupati Bandung Dadang M Naser usai menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) BPR Kerta Raharja di Hotel Grand Sunshine, Soreang, Senin (25/1/2021).
DARA – Bupati mengatakan, penurunan pendapatan terbesar terjadi dari program tabungan anak sekolah. Biasanya tiap tahun mencapai Rp40 milyar. Namun, saat pandemi tidak ada proses pembelajaran tatap muka, program tersebut pun terhenti.
“Saya melihat ada hal yang wajar dalam kondisi Covid-19, sehingga ada penurunan pendapatan. Tapi ada juga yang tetap stabil dan ada juga yang meningkat. Namun, dari beberapa pendapatan jadi turun, anak sekolah kan biasanya ada tabungan sampai 40 milyar, sekarang hilang,” ujarnya.
Dalam situasi tersebut, bupati berharap bisnis plan BPR Kerta Raharja harus bisa mencari inovasi yang lain diantaranya pendekatan tabungan kepada para buruh yang ada di perusahaan swasta.
“Harus kerjasama dengan disnaker, bukan hanya PNS golongan 1 dan 2 tapi juga harus masuk ke swasta karena pelajar sekarang sudah tidak bisa diandalkan tabungannya,” imbuhnya.
Selain itu, kata bupati, BPR Kerta Raharja harus mampu masuk ke pasar-pasar tradisional yang besifat bank harian.
“Itu bisa keluar masuk uang harian, harus diperbanyak masukan itu, jangan kalah oleh rentenir uang bermunculan di pasar-pasar,” katanya.
Sementara itu, Direktur Kepatuhan BPR Kerta Raharja, Beni Subarsyah mengatakan pihaknya akan terus mengoptimalkan menggali dana dari pihak ketiga yang ada di pasar-pasar tradisional.
“Sesuai apa yang dikatakan oleh Pak Bupati bahwa kita harus mulai turun ke pasar-pasar tradisional untuk mengganti tabungan-tabungan anak sekolah yang sekarang memang berhenti kegiatannya sehingga tidak bisa kiya akses,” kata Beni.
Beni mengatakan, sebenarnya selama ini program simpan pinjam di pasar-pasar tradisional tersebut sudah berjalan lama diantaranya di Pasar Ciwidey, Pasar Soreang, Pasar Pangalengan, Pasar Ciparay, dan Pasar Cipeundeuy KBB.
Disaat pandemi Covid-19 ini justru pemasukan dari pasar-pasar tradisional itu meningkat cukup tinggi.
Ia mencontohkan, di Pasar Ciwidey awalnya pemasukan hanya Rp20 juta per hari, namun sekarang sudah mencapai 30-50 juta per harinya.
“Jadi untuk mengganti sekolah-sekolah yang tutup ini kita menggali dari pasar-pasar tradisional,” katanya.
Kebijakan Bupati Bandung yang tidak menutup pabrik, tidak menutup pasar tradisional, dan tidak menutup tempat wisata dinilai Beni sangat membantu peluang untuk BPR Kerta Raharja.
Pasalnya, banyak juga nasabahnya yang merupakan pedagang-pedagang di area wisata dan juga para pekerja di beberapa pabrik.
“Ya, kita sudah masuk ke pabrik-pabrik, ke pegawai-pegawai pabrik kita sudah lama bekerjasama dengan pabrik-pabrik di wilayah Pameungpeuk,” tambah Beni.
Terkait aset, menurutnya saat ini masih terus tumbuh walaupun hanya sedikit. Untuk Non Performing Loan (NPL) sendiri, Beni menuturkan bahwa BPR Kerta Raharja nilainya masih diatas rata-rata BPR lain di Jawa Barat.
“Memang untuk NPL kita lebih baik dari BPR-BPR lain dengan nilai 7%, sedangkan enam puluh persen BPR lain di Jabar nilainya sudah 20% akibat pandemi ini, sementara kita masih bertahan di 7%,” tuturnya.
Sedangkan untuk pendapatan asli daerah (PAD) dibanding dengan 2019, untuk tahun 2020 ada penurunan karena adanya relaksasi. Dimana pada relaksasi kredit tersebut, ada bunga yang ditangguhkan, ada pokok yang ditangguhkan, dan juga penurunan bunga yang jumlahnya mencapai Rp23 milyar.
“Jadi itu sangat berpengaruh sekali pada pendapatan kita, yang mana rata-rata di nasional ini penurunan pendapatan sampai enam puluh persenan, nah di kita masih tiga puluh tujuh persen, masih dibawah rata-rata,” jelasnya.
Beni juga menyebutkan, penambahan modal dari Pemkab Bandung untuk tahun 2020 adalah sebesar Rp2,5 milyar, sementara untuk tahun 2021, penambahan modal sudah disetujui sebesar Rp5 milyar.***
Editor: denkur