Warga korban longsor mengaku bingung memikirkan hidupnya kedepan pasca tanggap darurat. Mereka pun berharap perhatian pemerintah.
DARA – Korban longsor itu berada di Kampung Cipager dan Babakan Kawung Desa Karyamekar, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Herlina, salah seorang korban terdampak tanah longsor mengatakan, saat ini yang sangat dibutuhkan warga adalah biaya untuk mengontrak rumah dan jaminan hidup (jadup) selama belum adanya relokasi.
“Sekarang yang utama jadup dan buat kontrakan rumah. Karena ngontrak itu harus ada uang dulu, sama yang punya kontrakan enggak boleh tidak,” ujarnya, Kamis (1/4/2021).
Sedangkan untuk sekarang, kata Herlina, warga boro-boro buat bayar kontrakan rumah, buat jajan anak dan beli pulsa anak sekolah belajar online juga dari mana?,
Karena itu, lanjut Herlina, warga memohon pada pemerintah yang diutamakan buat sekarang untuk ngontrak rumah dulu buat hunian sementara dan jaminan hidup.
Herlina menyebutkan, meski sebenarnya rumahnya belum rusak dan masih bisa ditinggali, namun sangat terdampak karena dekat dengan lokasi longsor. Apalagi sampai saat ini masih sering terjadi longsoran-longsoran kecil di sekitar lokasi.
“Saya merasakan perihnya tinggal di kontrakan. Rumah saya sebenarnya enggak sampai rubuh, masih bisa ditinggali, tapi kan dari radius nol sampai 45 dari dinding tebing harus mengungsi. Jadi saya juga mau pulang ke rumah takut,” katanya.
Menurut Herlina, sudah tiga bulan ia tinggal di kontrakan. Untuk bulan ini saja ia mengaku baru punya uang separuhnya buat bayar kontrakan. Jika sampai bulan depan belum ada buat bayar kontrakan, ia pun berencana untuk kembali ke pulang ke rumahnya.
“Saya sudah mengalami perihnya tinggal di kontrakan. Kemarin juga pinjam-sana-sini buat bayar kontrakan. Kalau buat makan sih Alhamdulillah masih ada, namun yang paling utama itu buat kontarkan dulu pengen diutamakan,” ucapnya.
Apalagi dengan kondisinya sebagai singel parent, tidak punya suami, tambah Herlina, sangat terasa sekali beban yang harus dipikulnya karena bekerja seorang diri. Untuk bisa mendapatkan uang ia pun terpaksa harus bekerja serabutan.
“Saya juga kuli, kalau ada yang menyuruh bekerja, maka saya dapat uang, kalau tidak ada yang menyuruh dapat penghasilan dari mana? bisa makan dan buat jajan anak juga sudah alhamdulilah,” ujarnya.
Sementara itu untuk relokasi, dikatakan Herlina, itu membutuhkan waktu yang cukup lama, tidak mungkin beres dalam waktu beberapa bulan bahkan setahun. Bila harus mengontrak terus, ia pun mengaku tak sanggup.
“Bukan saya saja, tapi semua korban yang mengontrak sangat berharap disegerakan buat kontrak rumah dan jadupnya,” katanya.***
Editor: denkur