Rusuh di Wamena. Ribuan mengungsi kini mulai terserang berbagai penyakit. Pemerintah pun tak tinggal diam
DARA | JAKARTA – Rusuh di Wamena Papua, Senin 23 Septermber 2019 menyisakan keprihatinan. 32 orang meninggal, 67 orang luka-luka dan 3000 orang mengungsi ke Jayapura.
Ratusan rumah, ruko dan kantor pemerintahan dibakar dan dirusak massa. Sejumlah kendaraan hangus tinggal rangka.
Gelombang pengungsi terus berdatangan. Hingga kini masih bertahan di pengungsian diantaranya di gedung Mapolres, Komando Distrik Militer, dan beberapa rumah ibadah.
Namun, dilaporkan sejumlah pengungsi saat ini mengalami diare dan gatal-gatal. Itu disebabkan lingkungan pengungsian tidak nyaman dan serba terbatas, sehingga sangat rentan mengalami penyakit.
Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat, mengatakan, selain diare dan gatal-gatal, juga menderita batuk dan demam.
Data pengungsi yang berobat sejak 23 September sampai 2 Oktober 2019 sebanyak 1.864 orang dengan jumlah yang dirawat inap delapan orang.
Di Poskes Kodim 1702/Jayawijaya 921 orang berobat dan empat orang rawat inap, lalu di Klinik Polres Jayawijaya 834 orang dan empat rawat inap.
Kemudian di KSA Yonif 756/WMS dua orang berobat, serta di Gereja GKI dan gereja Betlehem berobat di Puskesmas Wamena 107 orang.
Kementerian Sosial telah mengirimkan bantuan senilai Rp3,8 miliar. Bantuan tersebut berupa kebutuhan logistik, bantuan usaha ekonomi produktif dan santunan ahli waris bagi korban yang meninggal dunia.
Bantuan diberikan dalam bentuk penguatan dapur umum untuk 5.000 jiwa, 1.500 paket perlengkapan pakaian anak, 1.500 paket perlengkapan pakaian pria, 1.500 paket perlengkapan pakaian wanita, 2.500 matras, 1.500 tenda gulung/terpal, 2.500 selimut, 100 unit bantuan usaha ekonomi produktif.***
Editor: denkur/Sumber: CNNIndonesia