DARA| JAKARTA – Penyebaran paham radikal dan terorisme di Indonesia, kata Juru Bicara Badan Intelenjen Negera (BIN) Wawan Purwanto, dipengaruhi konflik bersenjata yang terus berlangsung di Timur Tengah, seperti di Irak, Suriah, Yaman, dan Libya. Banyak ajaran-ajaran dari medan perang di Timur Tengah dibawa ke Indonesia.
Ayat-ayat yang turun dalam peperangan banyak disampaikan di Indonesia, sehingga akhirnya masyarakat banyak yang lantas menerima berita-berita atau ajaran-ajaran berbeda, intoleransi, ujaran kebencian, ataupun takfiri, mengkafirkan pihak lain. Juga menyitir ayat-ayat tanpa menyebutkan sebab turunnya ayat, akhirnya masyarakat terbawa emosional serta memanas.
Para penceramah radikal, kata Wawan, dilansir VOA mengajak jamaah ikut berperang atas nama jihad ke wilayah-wilayah konflik, seperti Marawi di Filipina Selatan. Mereka juga ada yang mengajak jamaah masjid untuk meyakini dan mulai bergerak untuk membangun negara khilafah di Indonesia.
Menurut Wawan, BIN melansir data 41 masjid di lingkup pemerintah yang sudah terpapar radikalisme dan terorisme itu untuk memberi peringatan dini kepada masyarakat. Diharapkan masyarakat ketika mendengarkan ceramah atau khotbah untuk mencerna apakah ajaran yang disampaikan sesuai atau tidak dengan ajaran Islam yang sesungguhnya atau mengandung unsur-unsur radikal.
Lebih lanjut Wawan mengungkapkan penyebaran paham radikal dan terorisme dari Timur Tengah lebih banyak disampaikan melalui media-media sosial, karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sudah canggih.
Hal ini, kata Wawan, diperparah oleh penyampaian dari dai-dai radikal yang menceritakan bagaimana kondisi masyarakat muslim di Timur Tengah yang menderita akibat perang. Hal ini mampu mengaduk emosi masyarakat dan menebar kebencian terhadap pihak-pihak yang dianggap musuh umat Islam.
Untuk mencegah penyebaran radikalisme dan terorisme, lanjut Wawan, BIN menggandeng beragam pihak di masyarakat dan pemangku kepentingan, termasuk tokoh agama, elite, organisasi kepemudaan untuk ikut meredakan ketegangan karena ada perbedaan.
Lebih lanjut Wawan mengatakan BIN juga berkomunikasi dengan pimpinan kampus-kampus yang telah terpapar radikalisme dan terorisme.
Soal guru agama yang terpapar radikalisme, Wawan meminta perlu ada pencerahan terhadap guru-guru agama bersangkutan agar jangan sampai terpapar dan menyebarluaskan ajaran intoleran itu kepada murid-muridnya.***
Editor: denkur