Perhutani KPH Garut menyatakan penyebab banjir bandang yang melanda kawasan Pameungpeuk dan sekitarnya lebih disebabkan karena tingginya curah hujan.
DARA | GARUT – Menurut Administratur Perhutani KPH Garut, Nugraha, selama ini kawasan hutan di hulu sungai yang mengalir ke pantai selatan Garut tersebut dalam kondisi baik.
“Memang kalau yang namanya banjir pasti disebabkan oleh air. Terkait kondisi hutan, yang turut sungainya mengalir ke sini dihulunya cukup baik,” ujarnya, Selasa (13/10/2020).
Nugraha menyebutkan, kondisi hutan di hulu sungai Cipalebuh dan Cikaso yang mengalir ke pantai selatan Garut masih baik. Namun ketika air tak meresap dengan baik, maka akan mengalir ke bawah.
“Yang jadi masalah karena karena curah hujan tinggi. Tahun ini dirasakan memang beda dibanding tahun kemarin, dari September masuk hujan, bahkan sejak Agustus, wilayah kabupaten Garut sudah mulai dilanda hujan. Menurutnya, curah hujan yang tinggi bisa jadi bencana besar.
“Pada tahun kemarin kami tanam 6000 hektare di Desember itu sulit air, sulit hujan. Sampai berdoa minta hujan,” ucapnya.
Nugraha pun kembali menegaskan jika tak ada kerusakan. Ia menyebut, curah hujan yang tinggi bisa tak terserap oleh tanaman.
“Kami nyatakan di sana (kawasan hutan) tak ada kerusakan. Curah hujan terlalu tinggi itu sama saja kayak hutan itu diseblok air besar sampai tak bisa menampung,” katanya.
Diakui Nugraha, pihaknya telah melakukan pemeriksaan ke wilayah hulu sungai yang berada di Cisompet dan Sumadra. Ia juga membantah adanya alih fungsi lahan yang terjadi.
Sebelumnya Bupati Garut, Rudy Gunawan, menyebut jika banjir bandang yang terjadi di tiga kecamatan di Garut selatan akibat kerusakan hutan di wilayah Cikajang dan Cisompet. Hutan di kedua wilayah itu merupakan lahan milik Perhutani.
“Itu kan lahannya Perhutani yang rusak. Kami tidak menyalahkan Perhutani. Kejadian ini (banjir) kan terus terjadi, maka perlu rekontruksi hutan. Minimalisir agar tak terjadi banjir lagi,” katanya.***
Editor: denkur