Perhutani Garut Bantah Banjir di Pameungpeuk Akibat Kerusakan Hutan

Selasa, 13 Oktober 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Administratur Perhutani KPH Garut, Nugraha

Administratur Perhutani KPH Garut, Nugraha

Perhutani KPH Garut menyatakan penyebab banjir bandang yang melanda kawasan Pameungpeuk dan sekitarnya lebih disebabkan karena tingginya curah hujan.


DARA | GARUT – Menurut Administratur Perhutani KPH Garut, Nugraha, selama ini kawasan hutan di hulu sungai yang mengalir ke pantai selatan Garut tersebut dalam kondisi baik.

“Memang kalau yang namanya banjir pasti disebabkan oleh air. Terkait kondisi hutan, yang turut sungainya mengalir ke sini dihulunya cukup baik,” ujarnya, Selasa (13/10/2020).

Nugraha menyebutkan, kondisi hutan di hulu sungai Cipalebuh dan Cikaso yang mengalir ke pantai selatan Garut masih baik. Namun ketika air tak meresap dengan baik, maka akan mengalir ke bawah.

“Yang jadi masalah karena karena curah hujan tinggi. Tahun ini dirasakan memang beda dibanding tahun kemarin, dari September masuk hujan, bahkan sejak Agustus, wilayah kabupaten Garut sudah mulai dilanda hujan. Menurutnya, curah hujan yang tinggi bisa jadi bencana besar.

“Pada tahun kemarin kami tanam 6000 hektare di Desember itu sulit air, sulit hujan. Sampai berdoa minta hujan,” ucapnya.

Nugraha pun kembali menegaskan jika tak ada kerusakan. Ia menyebut, curah hujan yang tinggi bisa tak terserap oleh tanaman.

“Kami nyatakan di sana (kawasan hutan) tak ada kerusakan. Curah hujan terlalu tinggi itu sama saja kayak hutan itu diseblok air besar sampai tak bisa menampung,” katanya.

Diakui Nugraha, pihaknya telah melakukan pemeriksaan ke wilayah hulu sungai yang berada di Cisompet dan Sumadra. Ia juga membantah adanya alih fungsi lahan yang terjadi.

Sebelumnya Bupati Garut, Rudy Gunawan, menyebut jika banjir bandang yang terjadi di tiga kecamatan di Garut selatan akibat kerusakan hutan di wilayah Cikajang dan Cisompet. Hutan di kedua wilayah itu merupakan lahan milik Perhutani.

“Itu kan lahannya Perhutani yang rusak. Kami tidak menyalahkan Perhutani. Kejadian ini (banjir) kan terus terjadi, maka perlu rekontruksi hutan. Minimalisir agar tak terjadi banjir lagi,” katanya.***

Editor: denkur

Berita Terkait

Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi Ingatkan Pergantian Kepemimpinan tak Sekadar Formalitas
DPRD Kabupaten Sukabumi Gelar Paripurna, Setujui Raperda Pajak dan Restribusi Daerah
Musrenbang dan RKPD Kota Sukabumi Sudah Diteken, Selaraskan Visi Pembangunan
Pisah Sambut Bupati Sukabumi Dimeriahkan Gelaran Budaya Rakyat
Kabar Terbaru Kasus Dugaan Pelecehan Pasien oleh Oknum Dokter Kandungan di Garut
Tarif Mulai Rp5.000, LRT Jabodebek Jadi Pilihan Nyaman untuk Libur Long Weekend 18-20 April 2025
Pemkab Cirebon Lindungi Buruh, Jaga Investasi! Isu Outsourcing dan Hak Pekerja Jadi Sorotan
Hearing dengan HMI, DPRD Kota Sukabumi Tanggapi Isu Ketidak Normalan PAD
Berita ini 5 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 19 April 2025 - 10:35 WIB

Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi Ingatkan Pergantian Kepemimpinan tak Sekadar Formalitas

Jumat, 18 April 2025 - 08:42 WIB

DPRD Kabupaten Sukabumi Gelar Paripurna, Setujui Raperda Pajak dan Restribusi Daerah

Kamis, 17 April 2025 - 18:48 WIB

Pisah Sambut Bupati Sukabumi Dimeriahkan Gelaran Budaya Rakyat

Kamis, 17 April 2025 - 18:29 WIB

Kabar Terbaru Kasus Dugaan Pelecehan Pasien oleh Oknum Dokter Kandungan di Garut

Kamis, 17 April 2025 - 11:01 WIB

Tarif Mulai Rp5.000, LRT Jabodebek Jadi Pilihan Nyaman untuk Libur Long Weekend 18-20 April 2025

Berita Terbaru