Perjuangan dan Kesederhanaan Hidup Politisi Islam

Jumat, 9 Agustus 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi: Al Riyadh/Hidayatullah.com

Ilustrasi: Al Riyadh/Hidayatullah.com

DARA | Di Nusantara, umat Islam perlu bersyukur karena pernah memiliki politisi yang memadukan semangat perjuangan dan kesederhanaan. Para politisi Islam –yang kemudian menjadi pahlawan nasional– kala itu rata-rata hidupnya bersahaja dan memiliki etos perjuangan luar biasa.

1.Agus Salim

Suatu ketika, Kasman Singodimejo dalam buku “100 tahun Haji Agus Salim” (1996: 163, 175) ketika melihat secara langsung kondisi Agus Salim yang mengontrak di gang yang jalannya becek dan sempit, beliau pernah mengatakan, “Leiden is lijden.” (memimpin itu menderita).  Kata-kata ini lahir setelah melihat kemelaratan “The Grand Ould Man”, KH. Agus Salim, seorang politisi muslim kawakan dan dikenal sebagai ulama yang penuh kesederhanaan.

Diplomat jenaka ini selama hidupnya memilih hidup sederhana. Walau ada kesempatan untuk menjadi kaya, namun selama hidupnya melarat. Tempat tinggalnya selalu berpindah-pindah dari satu kontrakan ke kontrakan lain. Bahkan, pernah istrinya muntah-muntah di tempat kontrakan yang WC-nya sedang rusak.

Meski begitu, perjuangan beliau sangat besar bagi bangsa ini. Sebagai contoh, beliau sukses melakukan diplomasi ke luar negri, sehingga kemerdekaan Indonesia bisa diakui di tingkat internasional.

2.Natsir

Selain Agus Salim, teladan kesederhanaan juga didapat dari figur Mohammad Natsir. Artawijaya dalam buku “Belajar dari Masjumi” (2014: 145) mencatat bahwa saat Natsir menjadi Perdana Mentri RI Pertama dan Menteri Penerangan pada masa Sutan Sjahrir, tak sungkan-sungkan untuk pulang ke rumah naik becak, sehabis jam kerja.     Sosok yang dikenal santun ini –selama hidupnya- walaupun pernah menjadi Menteri Penerangan  bahkan Perdana Menteri, memilih hidup bersahaja daripada mewah. Padahal, dengan jabatan yang dimiliki, bisa saja –dan itu masih dalam batas wajar- beliau menggunakan fasilitas yang ada. Namun, murid A. Hassan ini tetap mempertahankan gaya hidup sederhana.

Hal menarik yang masih terkait dengan kesederhanaan Pendiri DDII (Dewan Dakwah Islam Indonesia) ini, George Mc Turnan Kahin, seorang sejarawan berkebangsaan Amerika, pernah menyaksikan secara langsung Sang Maestro Dakwah saat di Yogyakarta pada tahu 1948. Betapa terkejutnya Kahin ketika melihat Natsir memakai kemeja yang ada tambalannya. Padahal, saat itu beliaumenjabat sebagai Menteri Penerangan (Republika, 100 Tahun Muhammad Natsir, 118-119).

Pola hidup sederhana ini juga diceritakan oleh Sitti Muchliesah, anak sulung Natsir. Suatu hari, ayahnya pernah menolak sumbangan mobil Chevrolet Impala dari tamu yang berasal dari Medan. Rupanya Natsir menolaknya dengan halus, dan merasa cukup dengan mobil DeSoto kusam miliknya sendiri. Bagi Natsir –yang saat itu masih menjadi anggota parlemen dan pemimpin fraksi Masyumi- dirinya tak berhak menerimanya. Di samping itu, mobil yang dipunya dirasa cukup (Majalah Tempo, Volume 37, hal. 65).

Saat Natsir mundur dari jabatan Perdana Menteri tahun 1951, ia tidak mau menerima sisa dana taktis hak Perdana Menteri yang disodorkan oleh skretarisnya, Maria Ulfa. Akhirnya dana itu dilimpahkan ke koprasi karyawan. Bahkan, beliau pernah meninggalkan mobil dinas di istanah presiden dan pulang dengan mengendarai sepeda ontel dengan sopirnya (Artawijaya, 2014: 145).

Lebih dari itu, saat mendapat Jaizat Al-Malik Faisal Al-‘Alamiyat (The King Faisal Award) beliau memperoleh piagam, medali emas, dan uang sebesar 100 ribu riyal. Menariknya, uang sebanyak itu tidak dipakai sendiri. Tapi, diserahkan ke kasir DDII untuk dibagikan ke seluruh karyawan di setiap biro dan unit DDII. (M. Dzulfikriddin, “M. Natsir dalam Sejarah Politik Indonesia: Peran dan Jasa Mohammad Natsir dalam Dua Orde Indonesia”, 2010).

Perjuangan Natsir untuk negeri ini tidaklah kecil. Ketika bangsa ini di ambang perpecahan serius akibat dipecah oleh penjajah Belanda menjadi negara-negara kecil, beliau memperjuangkan persatuan dengan ide yang dikenal dengan “Mosi Integral Natsir” yang membuat bangsa ini utuh dalam bingkai NKRI.

3.Buya Hamka

Masih dalam buku yang sama (2011: 216), kita akan menemukan teladan kesederhanaan dari Buya Hamka. Dalam buku ini diceritakan bahwa sebelum menjadi ulama yang populer, Hamka hidupnya sangat sederhana. Rumahnya pernah bocor dan tidak memiliki biaya yang cukup untuk menambalnya.

Meski demikian beliau tidak pernah meratapinya. Akhirnya harus ditadahi dengan ember. Ketika air semakin parah masuk ke dalam rumah. Malah istrinya membuat kapal dari kertas untuk bermain kapal-kapalan dengan anak-anaknya di atas baskom penampungan air. Luar biasa. Walau hidup sangat bersahaja, bahkan bisa dibilang melarat, beliau bersama tidak pernah meratap, malah mencari cara untuk mengubahnya sebagai kebahagiaan.

Saat agresi militer Belanda yang ke-2 meletus, beliau bergerilya di Maninjau, Sumatra, untuk berjuang melawan penjajah. Ini menunjukkan bahwa beliau adalah pejuang muslim tulen yang berkontribusi besar bagi kemerdekaan negeri ini. Ketika Indonesia merdeka secara paripurna, kiprahnya dalam ranah politik adalah ketika menjadi anggota konstituante. Di situ beliau memperjuangan aspirasi Islam, mewakili Masyumi.

4.Syafruddin Prawiranegara

Dalam buku “Presiden Prawiranegara Kisah 207 Hari Syafruddin Prawira Negara Memimpin Indonesia” (Basral, 2011: 25), Pahlawan Nasional Syafruddin Prawiranegara, Mentri Keuangan, begitu bersaha hidupnya sampai suatu hari tidak bisa membelikan gurita atau popok buat anaknya.

Ketika menjadi Menteri Keuangan ada peristiwa yang dikenal dengan “Gunting Syarifuddin”. Beliau juga dikenal sebagai  Pimpinan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) Pada 19 Desember 1948. Untuk sementara waktu menggantikan presiden Soekarno, akibat agresi militer Belanda, hingga negara stabil kembali. Menariknya, ketika negara kembali stabil, dengan legawa beliau berikan kembali jabatan itu. Kelak beliau menjadi politisi Masyumi bersama Natsir dan kawan-kawan.

Sebenarnya, masih banyak contoh-contoh lain dari pahlawan negeri. Namun, contoh-contoh tersebut penulis pikir cukup untuk meneladani perjuangan dan kesederhanaan politisi muslim di negeri ini. Meski kehidupan mereka bersahaja, tapi persembahan mereka untuk negeri ini tidaklah sederhana. Kita bisa menikmati kemerdekaan hingga detik ini –setelah rahmat Allah- tentu karena perjuangan tulus mereka.***

Editor: denkur

Artikel ini diambil dari Hidayatullah.com, Jumat (9/8/2019)

 

Berita Terkait

Breaking News, Sidang Isbat: Awal Ramadan 1446 H Jatuh Hari Sabtu 1 Maret 2025
Polri, BGN dan YKB Uji Coba SPPG Polri di Pejaten dan Cipinang
Pisang dan Semangka Jadi Solusi Meningkatkan Ekonomi Sektor Sawit dengan Model Tumpang Sari
Marak Fenomena Resign Pasca Lebaran, Berikut Strategi Bagi Perusahaan untuk Menarik dan Mempertahankan Pekerja Terbaik
Pemerintah Percepat Program MBG, Dorong Peran Koperasi dan Industri Susu Lokal
Universitas Paramadina Gelar Presidential Lecture Bersama Susilo Bambang Yudhoyono
Koarmada RI Gelar Bakti Sosial dan Kesehatan di Muara Angke
Muhammadiyah Tetapkan Awal Ramadan Jatuh Hari Sabtu 1 Maret 2025
Berita ini 6 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 28 Februari 2025 - 19:55 WIB

Breaking News, Sidang Isbat: Awal Ramadan 1446 H Jatuh Hari Sabtu 1 Maret 2025

Jumat, 28 Februari 2025 - 18:43 WIB

Polri, BGN dan YKB Uji Coba SPPG Polri di Pejaten dan Cipinang

Kamis, 27 Februari 2025 - 16:21 WIB

Pisang dan Semangka Jadi Solusi Meningkatkan Ekonomi Sektor Sawit dengan Model Tumpang Sari

Kamis, 27 Februari 2025 - 16:12 WIB

Marak Fenomena Resign Pasca Lebaran, Berikut Strategi Bagi Perusahaan untuk Menarik dan Mempertahankan Pekerja Terbaik

Kamis, 27 Februari 2025 - 12:52 WIB

Pemerintah Percepat Program MBG, Dorong Peran Koperasi dan Industri Susu Lokal

Berita Terbaru

Foto: Istimewa

JABAR

Pemkab Sukabumi Sambut Ramadan 1446 H

Jumat, 28 Feb 2025 - 20:01 WIB

Foto: Istimewa

BANDUNG UPDATE

Observatorium Bosscha ITB Pantau Hilal Awal Ramadan 1446 H

Jumat, 28 Feb 2025 - 16:38 WIB

Ilustrasi (Foto: NU Online)

HIKMAH

Doa Mengawali Bulan Ramadhan

Jumat, 28 Feb 2025 - 16:32 WIB