DARA | CIANJUR – Petani di sejumlah wilayah di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat diimbau segera memanen padi yang sudah berusia lebih seratus hari ke atas. Langkah itu dilakukan untuk mengantisipasi gagal panen akibat intensitas sinar matahari terlalu tinggi dan potensi penguapan.
“Dalam kondisi intensitas penyinaran matahari yang relatif tinggi ini, kalau tanaman padi dibiarkan terlalu lama mengalami standing, maka bulir-bulir padi bisa rontok sehingga memicu potensi kehilangan,” kata Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Dinas Pertanian Perkebunan Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, Dandan Hendayana, kepada wartawan, Rabu (7/8/2019).
Menurut dia, secara teknis jarak usia tanaman padi menjelang panen di atas seratusa hari hingga 105 hari sudah bisa menghasilkan padi berkualitas. Ia mencontohkan, padi jenis Ciherang, optimalnya dipanen pada usia 112 hari.
“Tapi kurang dari usia 112 hari juga bisa (dipanen) manakala situasi dan kondisinya tidak mendukung seperti sekarang. Kalau menunggu harus 112 hari dengan intensitas matahari tinggi dan suhu penguapan tinggi, dikhawatirkan bulir padi tak bisa dipanen. Potensi kehilangannya pun relatif lebih tinggi,” ujarnya.
Tahun ini Kabupaten Cianjur menargetkan produksi padi sebanyak lebih kurang 977 ribu ton gabah kering giling (GKG). Pada semester pertama Januari-Juli, realisasi produksi baru mencapai 479.854 ton GKG.
“Saat ini terdapat 30 ribu hektare lahan sawah standing crop. Artinya, masih ada tanaman padi yang belum dipanen. Sekarang kami dituntut bagaimana caranya menyelamatkan lahan 30 ribuan hektare itu agar tak terdampak kekeringan hingga berpotensi puso,” ujarnya.
Berbagai upaya yang dilakukan Dinas Pertanian Perkebunan Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur dan perangkat daerah lainnya bertujuan agar tingkat potensi kehilangan produksi bisa terus ditekan secara angka. Targetnya harus bisa menekan angka kehilangan hingga di bawah 2%.
“Jangan sampai hingga Desember nanti angka terkoreksi. Kita coba pertahankan tanaman padi yang standing crop ini agar jangan sampai terdampak kekeringan. Sehingga, pada akhir tahun nanti produksi yang dihasilkan tidak terganggu karena dampak yang ditimbulkan kekeringan tidak terlalu besar,” katanya.***
Wartawan: Purwanda | Editor: Ayi Kusmawan