Sejumlah petani di Kabupaten Garut, Jawa Barat mengaku kesulitan mendapatkan pupuk. Selain pupuk bersubsidi, pupuk non subsidi pun seakan hilang dari peredaran.
DARA | GARUT – Jalal (45), seorang petani padi di Kecamatan Banyuresmi mengatakan, hampir semua toko tidak ada pupuk bersubsidi.
Ada toko yang punya stok, tapi tidak dijual, katanya. Jalal pun bingung. “Padahal, kita sudah tanam padi, kalau tidak dikasih pupuk yang bagaimana. Saya juga sudah bilang lahan yang digarap bersama orang tuanya tersebut sudah masuk RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Pupuk Bersubsidi),” ujar Jalal.
Sementara itu, Suhendi, petani melon di Kecamatan Peundeuy mengatakan, sulitnya mendapatkan pupuk sangat berdampak pada kualitas buah melon yang ditanamnya.
Menurutnya, saat ini kualitas buah melon yang ditanamnya jauh dari apa yang diharapkan akibat kurangnya mendapat pupuk.
“Kalau tanaman melon itu kan selama ini memang tidak menggunakan pupuk non subsidi. Tapi sekarang sangat susah didapat, apalagi pupuk bersubsidi. Jadinya buah melon yang saya tanam seperti kena stunting, ukurannya pada kecil-kecil,” katanya.
Suhendi menyebutkan, biasanya pupuk dasar yang digunakan untuk melon adalah ZA, SP, dan KCL. Namun sekarang ini hampir semua jenis pupuk tersebut sangat sulit didapatkan di semua toko penjual pupuk yang ada di daerahnya.
“Jadinya terpaksa harus mencari ke beberapa tempat. Kadang Cuma buang-buang waktu dan uang. Karena hasilnya belum tentu bisa menutupi seluruh biaya operasional,” ucapnya.
Bupati Garut, Rudy Gunawan, menyebutkan bahwa persoalan pupuk urusannya ada di pemerintah pusat. Ia menyebut, ada beberapa pembagian-pembagian yang dilakukan oleh pusat berdasarkan RDKK.
“Saya sudah bertemu dirjen. Di daerah, kami tidak punya langkah untuk menganggarkan,” ujarnya.
Dalam menyikapi kelangkaan pupuk ini, khususnya yang bersubsidi, menurut Rudy harus ada penegakan hukum. Mungkin saja pupuk-pupuk bersubsidi tersebut dibeli oleh perkebunan-perkebunan besar sehingga kemudian tidak sampai ke petani.
“Saya sudah minta ke aparat penegak hukum supaya diproses saja. Nanti diketahui mana orang yang membeli pupuk bersubsidi, gitu,” katanya.
Diluar persoalan itu, lanjut Rudy, juga ada hal lainnya mulai keterlambatan suplai dari produsen dan kurangnya drop pupuk untuk Garut. Ia mengakui, saat ini yang bisa dilakukan oleh pihaknya hanyalah melakukan pengawasan.
Sebelumnya, Manager Komunikasi Perusahaan Pupuk Kujang, Fitria Ratu Pagih, menyatakan PT Pupuk Kujang menjamin stok pupuk bersubsidi maupun non subsidi untuk Jawa Barat, Banten dan sebagian Jawa Tengah dalam kondisi aman.
“Pupuk Kujang pastikan stok untuk Jawa Barat, Banten dan sebagian Jawa Tengah dalam kondisi aman, stok pupuk tersebut kami siapkan di gudang lini III untuk siap disalurkan kapanpun sesuai dengan alokasi, sehingga petani tidak perlu menunggu lama untuk mengaplikasikan pupuknya,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Menurut Ratu, untuk stok pupuk urea bersubsidi yang tersedia di gudang lini III Kabupaten Garut, sampai dengan 17 September 2020 mencapai 4.423 ton atau 674% dari ketentuan dua minggu kedepan. Sedangkan realisasi penyaluran wilayah Garut untuk Urea, mencapai 26.701 ton atau 101% dari ketentuan sebesar 26.651 ton.
“Selain pupuk urea, Pupuk Kujang juga menyiapkan untuk wilayah Garut stok pupuk Petroganik sebanyak 480 ton atau 477% dari ketentuan stok,” ujarnya.
Adapun kesiapan stok urea bersubsidi untuk wilayah Jawa Barat, Banten dan sebagian Jawa Tengah Sampai dengan 17 September 2020, lanjut Ratu, tercatat sebanyak 140.628 ton atau 1284% dari ketentuan Distan sebesar 10.953 ton.
“Sementara itu, Pupuk Kujang telah menyalurkan 99% pupuk urea subsidi kepada petani, yaitu setara dengan sekitar 478.215 ton pupuk dari ketentuan Distan sebesar 483.482 ton,” katanya.
Ratu menambahkan, pupuk bersubsidi teralokasi sesuai data yang tercantum pada Elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (E-RDKK) yang diatur Pemerintah.
Memenuhi kebutuhan petani, selain menyiapkan stok pupuk bersubsidi, ujar Ratu, Pupuk Kujang juga menyiapkan stok pupuk non subsidi jenis Urea, NPK dan Organik di setiap kios yang setiap saat dapat diperoleh petani yang membutuhkan.***
Editor: denkur