DARA | CIANJUR — Seluas 210 Ha tanaman padi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat gagal dipanen atau puso. Kondisi itu merupakan dampak kekeringan yang terus meluas di wilayah itu.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, Mamad Nano, mengatakan, luasan tersebut berpotensi bertambah mengingat saat ini dari 66 ribu hektare lahan sawah yang sudah tanam, sekitar 43 ribu hektare belum panen.
“Ada sekitar 1.941 hektare sawah yang saat ini terancam puso. Kalau luasan yang telah terdampak kekeringan saat ini ada 3.400 hektare. Bahkan 210 hektar sudah alami puso,” kata Nano, kepada wartawan, Senin (15/7/2019).
Nano menyebutkan, areal pesawahan di wilayah selatan Cianjur yang paling terdampak kekeringan karena minimnya jaringan irigasi. “Di Agrabinta sudah 2.000 hektare sawah (kekeringan), Cijati juga. Belum di wilayah kecamatan lainnya. Ini memang bencana yang merata,” ucapnya.
Kordinasi lintas sektoral, lanjut dia, terus digiatkan, antara lain dengan Kodim, Dinas PUPR, BPBD, dan instansi terkait lainnya. “Semua unsur dilibatkan dalam menghadapi bencana kekeringan ini. Kita sudah bentuk tim di tingkat desa yang tugasnya memonitor, memantau, dan melaporkan kondisi terkini di wilayahnya masing-masing,” ujarnya.
Pihaknya juga saat ini tengah giat melakukan pompanisasi di areal-areal pesawahan yang dekat dengan sumber air. “Selagi masih ada cadangan air, kita pompanisasi. Namun memang tidak semua petani mau melakukannya karena ada tambahan cost (biaya), harus beli bahan bakar juga,” katanya.
Nano menuturkan, Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur telah mendistribusikan bantuan mesin pompa untuk petani melalui poktan (kelompok tani) jauh-jauh hari. “Kalau di brigade (dinas) sendiri kita ada empat mesin pompa yang disiapkan untuk kondisi mendesak seperti sekarang ini, seperti yang sudah kita lakukan di wilayah Cibeber untuk memompa air ke sawah karena irigasi di sana rusak,” ujarnya.***
Wartawan: Purwanda | Editor: Ayi Kusmawan