OLEH: Sabpri Piliang
WARTAWAN SENIOR
SUDAH waktunya, ‘Coach’
Shin! Sudah waktunya Jenderal Min Aung Hlaing! Apa hubungannya?
Keduanya berbeda profesi, Shin Tae Yong (STY) adalah pelatih Timnas Indonesia. Sementara Min Aung Hlaing adalah pemimpin junta militer Myanmar. Hari ini STY beserta 23 pemain Timnas Indonesia bertolak ke Ibukota Myanmar. Yangon.
Gaya bahasa “Alegori”, ‘Coach’ Shin Tae Yong, kini berada dalam satu perumpamaan. “Hidup bagaikan roda, berputar. Terkadang di atas. Terkadang di bawah.
“Coach” Shin, telah lima tahun melatih Timnas Indonesia. Semasa sulit, saat virus ‘Korona’ mendera Indonesia, memukul dunia. Memukul sepak bola.
Shin masuk di masa-masa sulit. Saat Timnas Indonesia adalah sebelah “mata” bagi: Thailand, Vietnam, dan Filipina. Atau dua pertiga mata oleh Malaysia, sejajar dengan Myanmar. Lalu, hampir terkejar Laos, Kamboja danTimor Leste.
Betapa ‘paria’nya sepak bola Indonesia ketika itu. Faktor dualisme PSSI (2015) yang sempat menyeret negeri ini ke rangking 191 dunia (2016), sangat miris. Bahkan, saat awal STY masuk (2019), posisi kita ada di 173 rangking FIFA.
Tidak mudah membenahi fundamental sepak bola Indonesia. Tidak bisa instan, berbagai formula dicoba. Dari konvensional (vertikal), yang memang belum menghasilkan prestasi optimal. Menjuarai Piala AFF, misalnya.
Berlanjut ke format lateral, meng-impor pemain-pemain keturunan Indonesia dari Liga Belanda, dengan hasil menggembirakan. Lolos ke putaran ke-3 kualifikasi Piala Dunia ’26, untuk pertama kali dalam sejarah.
Titik terang, pola lateral (horisontal) itu, berlanjut. Dengan posisi tiga klasemen sementara Group C, yang hanya terpaut satu angka dari peringkat dua group (sisa 4 ‘matchday’ lagi).
Seperti diketahui, peringkat 1 dan 2 hingga “matchday” ke-10 Juni nanti, akan lolos langsung ke Piala Dunia 2026 (AS, Meksiko, Kanada). Tugas “coach” Shin-lah yang meramunya.
Prestasi mantan pelatih Timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2018 ini, tergolong fundamental. Sikap PSSI yang sabar bersama ‘ruang dan waktu’, menunggu kerja dalam durasi “long term”, kita acungi jempol. PSSI telah dewasa melihat “track record” Timnas fase ke fase.
Kegagalan temporer Timnas dalam piala-piala AFF di tangan STY, sebelumnya. Tidak membuat PSSI tergoda mengganti nakhoda. Seperti kebanyakan negara lain, saat Timnas-nya tumbang.
Piala AFF 2020 adalah ‘gawean’ perdana Shin Tae Yong (STY), langsung membuat publik nasional “jatuh hati”. Tak terkalahkan dalam empat tarung Group B, membuat Timnas menjadi juara Group dan lolos ke semifinal.
Semifinal ‘leg’ pertama, draw (1-1) dan menang 4-2 di ‘leg ke-2 melawan Singapura, pasukan Shin melangkah ke partai pamungkas melawan Thailand.
Apa boleh buat. Kalah ‘tragis’ 0-4 pada ‘leg pertama, dan draw 2-2 di ‘leg kedua, Thailand mengubur mimpi Shin untuk prestasi pertamanya menukangi Timnas Indonesia.
SEA Games 2021, Shin hanya mempersembahkan medali perunggu. Hasil ini didapat, setelah kalah di semifinal 0-1 dari Thailand.
Lagi-lagi Thailand, “Sang Raja” ASEAN yang mengubur mimpi persembahan Shin kepada rakyat Indonesia. Meskipun di perebutan perunggu menang lewat adu penalti melawan Malaysia, 4-3 (1-1), publik tetap sabar menunggu prestasi puncak Shin.
Prestasi minor Shin kembali terjadi di AFF 2022. Draw 0-0 pada final ‘leg pertama, Indonesia harus kalah 0-2 dari Vietnam di Stadion My Dinh (Hanoi) pada ‘leg ke-2. Vietnam menjadi juaranya.
Dua kejuaraan lagi, Shin juga gagal membawa Timnas juara. Bahkan di Piala AFF U-19 (2022) ini, Timnas gagal terlalu dini. Tidak sampai ke semifinal. Berlanjut ke Piala Asia U-20 (2023), juga gagal.
Keberangkatan Timnas menuju Piala AFF 2024, ke negeri yang kaya dengan: batu giok, batu parmata, minyak bumi, dan Gas alam ini, tentu penuh harapan dan keyakinan.
Membawa serta dua ‘striker’ handal Raffael Struick dan Marselino Ferdinan. Ditambah dua palang pintu kokoh Asnawi Mangku Alam dan Pratama Arhan, pasukan STY kali ini, jauh lebih siap.
Myanmar adalah negeri indah, berbentuk “layangan” (peta), tentu tak mau kalah. Meski negeri berpenduduk 62 juta berprestasi buruk akhir-akhir ini, mereka akan mencoba menaklukkan Indonesia.
Bila di awal tulisan, saya menyebut pelatih Shin Tae Yong (STY). Juga menyebut Min Aung Hlaing. Itu hanya sekadar ilustrasi. Bahwa STY tidak takut menghadapi Timnas Myanmar. Sekalipun negeri ini dalam keadaan tidak baik-baik saja saat ini.
Semoga Myanmar kembali menjadi negara demokrasi. Junta militer Jenderal Min Aung Hlaing diharapkan segera berdamai dengan pejuang demokrasi, Aung San Suu Kyi.
Pastinya, Min Aung Hlaing akan menonton dari tribun Stadion Thuwunna. Sambil berharap Timnas Myanmar menang.
Ayo STY, menangkan tarung versus Myanmar, Senin (9 Desember), pukul 17.30 WIB.